GuidePedia

0
Jurus Jitu : Agar Dia Jatuh Cinta

Hidup Ini Sangat Indah, Jika Dibekali Dengan Iman!

Sebenarnya kehidupan ini penuh dengan keindahan, namun sayangnya kita sendiri yang membuatnya menjadi buruk, sedih, kurang semangat dan diselimuti kekecewaan. Diwaktu kita menemukan kekurangan pasangan kita, anda kecewa. Padahal kelebihan yang dia miliki lebih banyak disbandingkan kekurangannya, kegagalan yang dilakukan bawahan anda, tidaklah seberapa disbandingkan dengan kesuksesan yang telah diraihnya.

Sebenarnya anda memiliki hidung yang bagus, mata yang indah. Tapi kenapa hanya karena setitik jerawat dipipi, membuat anda hilang percaya diri, seakan-akan wajah anda yang ada hanyalah jerawat. Setiap bercermin yang anda lihat hanya jerawat. Tapi coba anda lihat kembali alis yang anda milki, hidung yang manis, bukankah besarnya jerawat tidak seberapa dibandingkan alis anda?

Coba mulai saat ini bekali hidup dengan iman kepada yang Maha Sempurna dan Maha Kasih. Mari kita focus untuk menikmati apa yang telah diberikan-Nya. Syukuri nikmat yang berlimpah disekitar kita, kenapa kita harus terlena dengan masalah yang kecil itu, sehingga membuat hidup tidak berarti. Syukurilah, sesungguhnya dunia ini diciptakan penuh kebahagiaan dan keindahan. Jika kita syukuri apa yang telah kita milik,i maka kita akan mendapatkan kebahagian yang tiada habisnya. Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambahkan (nikmat) kepada mu,dan jika kamu mengingkari (nikmatKu),maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7).

Iman Adalah Keyakinan Penuh Terhadap Kekuasaan & Pertolongan Allah

Syeikh Ibnu Taimiyyah berkata : Iman adalah keyakinan akan ketauhidan (pengesaan) Allah SWT dengan sepenuh hati, yang wajib diproklamirkan dengan lisan dan diamalkan dengan semua dimensi Amal perbuatan. Baik itu keimanan terhadap keesaan penciptaan-Nya, keesaan Penyembahan-Nya, Asma wasifat dan pengesaan terhadap hukum-hukum-Nya.

Syeikh Abdul Wahab dalam kitab fathul majid berkata : Iman secara bahasa berarti at-tasdiq (membenarkan), dan secara syara (istilah) berarti keyakinan, kepercayaan. Pembenaran seorang hamba akan ketauhidan Allah SWT dan semua rukun Iman yang enam, yaitu beriman kepada Allah SWT. Beriman akan adanya malaikat Allah SWT. Beriman kepada Kitab-kitab Samawi yang diturunkan Allah SWT. Beriman dengan Nabi dan Rasul yang telah diutus Allah SWT. Beriman dengan hari Kiamat dan beriman dengan Qodho dan Qodar (ketentuan & ketetapan) Allah SWT.

Iman Akan Melahirkan Jiwa Yang Besar Dan Pikiran Yang Positif!

Berpikirlah besar dan bercita-citalah besar dan berharaplah yang terbaik. Bahka ketika Anda mengadapi kenyataan yang sebaliknya bertahanlah ! Biarkan kebesaran jiwa Anda teruji dalam berbagai kesukaran. Kebesaran jiwa bukanlah warisan dan kekerdilan jiwa bukan malapetaka. Anda bisa belajar mengembangkan kebesaran jiwa Anda dengan kemauan dan ketekunan. Teddy Roosevelt, mantan presiden AS, berujar, “Seluruh sumber daya yang kita perlukan ada dipikiran.” Anda telah memiliki segala yang diperlukan untuk jadi seorang pemenang.

Pikiran adalah potensi dan kekuatan anda yang bisa membangun atau merusak hidup anda tergantung bagaimana anda mengarahkannya. Arahkanlah selalu pikiranmu untuk memikirkan hal-hal yang mulia, yang benar, yang adil, yang penting dan yang membahagiakan atau malah sebaliknya. "Bila Anda tidak mendapatkan segala yang Anda inginkan, pikirkanlah hal-hal yang Anda tidak Anda inginkan yang tidak Anda dapatkan." (Oscar Wilde).

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hujuroot (49):13)

Iman Sebagai Senjata Kesuksesan Paling Jitu.

Dalam menghadapi pertandingan meraih kemenangan, Iman adalah senjata yang paling jitu, ia sebagai fondasi dan benteng yang harus difahami, diyakini dan diamalkan secara benar. Karena salah satu motif yang dapat menggerakkan orang secara luar biasa ada pada doktrin spiritual. Anthony Robbins mengatakan “All personal breakthroughs begin with a change in beliefs.” Allah berfirman yang artinya : “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan berbertaqwalah kepadaku hai orang-orang yang berakal” (QS.Al-Baqoroh 2:197)

Iman Menyebabkan Kerja Optimal.

The Power of Faith atau Keyakinan yang mendalam akan menyebabkan anda bekerja dengan konsisten, penuh semangat, optimistis, hati tenang, kerja optimal dan hasil yang maksimal. Akan tetapi, kebanyakan dari manusia menganut sejumlah keyakinan yang justru menimbulkan keraguan, was-was, bahkan memilih jalan keyakinan yang sesat. Allah Berfiman :“Demi masa sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali orang-orang beriman dan beramal soleh, saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran ”. (QS. Al-Ashr 103:1-3).

Orang yang bersungguh-sungguh beriman dan bekerja secara optimal akan menuai hasil yang juga optimal. Dan seharusnya anda lebih baik dan lebih berhak menjadi pemenang, dari siapapun, walau anda tidak harus dipenjara lebih dahulu. Karena anda sudah ada bekal hidayah dan pedoman hidup yang jelas. Jika orang yang tidak jelas keimannya kepada Allah SWT, begitu sangat yakin akan menang dan menuai hasilnya. Maka sesungguhnya, anda lebih berhak untuk lebih yakin akan kemenangan ini dari yang dimiliki oleh mereka.

Allah SWT berfirman : ”Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat”. (QS. An-Nasr 110:1-3).

Iman Menyebabkan Ketentraman.

Syeikh Hasan Al-Banna berkata : Iman yang tulus, ibadah yang benar dan mujahadah (kesungguhan) dalam beribadah adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah SWT didalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Firman Allah Ta'ala yang artinya: "Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman mereka dengan kedhaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat ketenteraman dan mereka itu adalah orang-orang yang menepati jalan hidayah." (Al-An'am: 82)

Iman membuahkan Limpahan Rizki.

Keyakinan bahwa kemenangan dan kesuksesan dari Allah, milik Allah dan akan dikembalikan kepada Allah SWT, membuahkan kekayaan hati dan kemantapan kerja yang tiada terhingga. “Katakanlah : Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan dari bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan pengelihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab : Allah. Maka katakanlah : mengapa kamu tidak bertakwa( kepada-Nya) ?” (QS. Yunus : 31).

Syarat-syarat diterimanya Iman

Ketika anda menyatakan beriman, berarti anda telah bersaksi dengan mengucapkan laa ilaaha illallah, atau dapat dikatakan bahwa anda sudah ada MOU dengan Allah SWT, dan mau tidak mau anda harus memenuhi dan mematuhi tujuh syarat yang ada dalam kandungan MOU tersebut. Tanpa syarat-syarat itu, syahadat yang anda lafalkan tidak akan bermanfaat. Secara global tujuh syarat itu meliputi 'Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan). Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan). Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan). Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan). Ikhlash, yang menafikan syirik. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta). Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha' (kebencian).

Syarat Pertama,
Berkenalan Dengan Allah, Anda Pasti Dikenal-Nya.


Tak kenal, maka tak sayang, mengenal Allah berarti anda akan dikenal Allah, jika anda mencintai Allah, maka Allah akan lebih cinta kepada anda. Mengenal Allah harus dalam semua dimensinya, karena syarat diterimanya keimanan anda adalah ilmu yang menafikan segala kebodohan. Artinya anda harus memahami makna dan maksudnya dari MOU atau syahadat yang anda telah ikrarkan. Anda wajib mengetahui apa yang ditiadakan Allah dan apa yang ditetapkan-Nya. ”Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya). (Az-Zukhruf (43): 86)

Syarat Kedua,
Yakin Dengan Isi MOU, Anda Pasti Selamat!


Orang yang mengikrarkan syahadat berarti dia telah menandatangani MOU dengan hati dan jiwanya, maka ia harus meyakini kandungan sya-hadat itu dengan sepenuh hati. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu. ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu”. [Al-Hujurat : 15]

Orang yang memiliki keraguan terhadap MOU yang telah disepakatinya, maka Allah mengaktagorikan mereka sebagai orang munafik, tapi bagi yang yakin dengan sepenuh hati, maka Allah akan memberikannya surga. Nabi SAW bersabda: ”Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga." [HR. Al-Bukhari]

Syarat Ketiga,
Terimalah Semua Isi MOU, Anda akan Mendapat Profit


Setelah anda tandatang MOU dan yakin dengan isi kandungannya, maka anda harus menerima segala konsekuensinya, yaitu dengan menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta'ati, maka ia termasuk orang-orang yang sombong.

”Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: 'Laa ilaaha illallah' (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" (QS. sh-Shafat : 35-36).

Syarat Keempat,
Tunduk dan Patuhlah Kepada Allah SWT, Anda Akan Disayang


Jika anda menginginkan kesuksesan dalam setiap transaksi bisnis dengan Allah, maka anda harus tunduk dan patuh terhadap semua intruksi dan arahan Allah SWT. ”Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh”. (QS. Luqman : 22).

Kepatuhan kepada Allah, akan melahirkan kenikmatan yang tak terhingga. ”Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. an-Nisaa (4):69). dalam ayat yang lain Allah berfirman : ”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad (janji-janjimu) itu”. (QS.al-Maidah (5):2).

Syarat Kelima,
Jujur Kepada Allah dan Orang Yang Beriman, Anda Akan Mendapat Ampunan.


Siapapun yang telah berikrar, berjanji dan bersumpah untuk beriman kepada Allah SWT, maka harus di jujur kepada Allah dan orang-orang yang beriman. baik kejuran hati, lisan dan perbuatnnya, Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah termasuk golongan orang munafik yang dilaknat Allah SWT. ”Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepa-da Allah dan Hari kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (QS. al-Baqarah (2): 8-10)

”Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka”. (QS. Al-baqoroh (2):174-175).

Syarat Keenam
Ikhlaskan Segalanya, Anda Akan Kalahkan Syaithan.


Seorang muslim yang beriman kepada Allah SWt secara benar, akan senantiasa mengikhlaskan segala sesuatunya untuk Allah, dia akan terhindar dari penyekutuan terhadap Allah, dengan apapun makhluk yang ada di muka bumi ini. ”Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illalah karena menginginkan ridha Allah." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Dengan keikhlasan yang penuh terhadap Allah SWT, maka akan menjauhkannya dari godaan syaithan yang terkutuk. ”Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis (orang yang ikhlas) di antara mereka”. (QS. al-hajr (15):39-40)

Syarat Ketujuh
Cintailah Allah, Anda Akan Lebih Dicintai-Nya


Hidup ini tidak akan pernah bermakna, jika tanpa cinta, terutama cinta yang Maha Kuasa, yang telah menciptakan anda. Maka jika anda ingin dicitai Allah, anda harus mencitai apa yang dicitai Allah dan membenci apa yang dibenci Allah SWT.

”Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." (QS.Al-Baqarah (2):165)

Seorang mukmin yang bertauhid, akan senantiasa mencurahkan cintanya kepada Allah SWT. Sedangkan ahli syirik akan menyekutukan Allah dengan yang lainnya. ”Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS.An-Nahl (16):36).

Allah SWT adalah Dzat yang memiliki keadilan, kejujuran, kebaikan, keberkahan, kesuksesan dan keuntungan sejati. Sehingga visi, misi, aksi, strategy dalam meraihnya harus berdasarkan kepada nilai ilahiyyah. Maka dengan berbisnis dengan Tuhan, akan mampu membuka kembali gerbang optimisme baru terhadap nilai-nilai ilahiyah dan menyebabkan keyakinan penuh bahwa sistem sekulerisme, liberalisme dan sosialisme adalah sistem yang sudah terbukti gagal total dan tidak patut dipertahankan.

Berimanlah Kepada Malaikat Allah SWT, Nilai Kerja Anda Akan Tinggi!

Malaikat adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Ta’ala. Mengimani akan adanya malaikat adalah wajib dan termasuk dari rukun iman, barangsiapa yang mengingkarinya seluruhnya atau sebahagian dengan sengaja berarti ia telah mengingkari Allah, Rasul dan kitab suci Al-Qur’an dan hukum keingkarannya adalah kafir, wajib bagi imam memerintahkan untuk bertobat kepadanya atau membunuhnya jika tetap bughot (membangkang).

Rosululloh SAW menjelaskan ketika malaikat Jibril bertanya kepada beliau tentang iman dan kemudian dijawab oleh Rosululloh “Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, hari akhir, dan kepada qadar yang baik dan buruk.” (HR. Muslim).

Bagaimana Bentuk dan Sifat Malaikat?

Malaikat adalah makhluk gaib (abtrak) yang diciptakan Allah dari cahaya, walaupun mereka memiliki keluarbiasaan yang sangat hebat mereka tidak berhak untuk disembah. Rosululloh bersabda “dari ‘Aisyah rodhiyAllahu ‘anha, Malaikat itu diciptakan dari cahaya dan jin diciptakan dari percikan api, sementara Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepadamu.” (HR. Muslim).

Malaikat memiliki sayap,

Allah berfirman yang artinya “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap, masing-masing dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Faathir : 1)

Malaikat bukanlah laki-laki dan bukan perempuan dan bukan antara keduanya.

Malaikat tidak memiliki nafsu makan dan minum serta nafsu seks, makhluk yang tidak pernah mendurhakai apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan diciptakan Allah khusus untuk beribadah kepada-Nya. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At Tahrim: 6)

Malaikat Dapat Berubah Bentuk!

Malaikat dapat berubah bentuk apa saja yang baik atas izin Allah, (Qs. Maryam : 17). sebagaimana Jibril datang pada Rosululloh dengan menyerupai laki-laki yang sangat putih bajunya dan sangat hitam rambutnya. Nabi pernah mengabarkan bahwa Jibril memiliki enam ratus sayap yang menutupi seluruh ufuk semesta alam.

Beriman kepada Malaikat mengandung empat unsur, yaitu: Beriman terhadap keberadaan mereka, wujud mereka benar-benar ada, mereka bukanlah kekuatan bersifat maknawi dan mitos tak berwujud yang hanya berupa kekuatan yang tersembunyi sebagaimana anggapan segolongan orang. Keharusan beriman akan jumlah malaikat yang tak terhingga, tidak satu manusiapun yang tahu jumlah mereka yang sebenarnya dan bagaimana bentuk dan jenisnya kecuali hanya Allah dan Rasul-Nya.

Beriman kepada nama-nama mereka yang telah dijelaskan dalam Qur’an dan Sunnah. Adapun mereka yang tidak dijelaskan namanya kita mengimaninya secara global. Maksudnya kita mengimani bahwa Allah telah menciptakan mereka meskipun kita tidak tahu namanya. firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan.” (An Najm: 27)

Beriman terhadap sifat mereka yang telah dijelaskan Al-Qur’an dan Sunnah tanpa menambah atau menguranginya atau menghilangkannya. Seperti ciri-ciri malaikat Jibril yang dikisahkan dalam hadits di atas.

Beriman terhadap tugas-tugas para Malaikat sebagaimana telah dijelaskan Al-Qur’an dan Sunnah tanpa menambah atau menguranginya atau menghilangkannya. Mereka melaksanakan tugas itu tanpa rasa capek dan bosan.

Macam-Macam Malaikat dan Tugasnya diantaranya :

• Malaikat yang bertugas membawa wahyu kepada para Rosul-Nya, yaitu malaikat Jibril. “Dia dibawa turun oleh Ar Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (Asy Syu’ara: 193-194)

• Malaikat yang diserahi tugas mengurusi hujan dan pembagiannya sesuai dengan kehendak Allah. Sebagaimana hadits dari Abu Huroiroh dari Rosululloh, “Tatkala seorang laki-laki berada di tanah lapang dia mendengar suara di awan, ‘Siramilah kebun fulan’, maka menjauhlah awan tersebut kemudian menumpahkan air di suatu tanah yang berbatu hitam…” (HR. Muslim)

• Malaikat yang bertugas meniup sangkakala, yaitu malaikat Isrofil. “kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.” (Al Kahfi: 99)

• Malaikat yang bertugas mencabut nyawa, yakni malaikat maut (Demikianlah Allah menamakan malaikat ini dengan Malakul Maut, dan tidak ada nash yang shohih yang menunjukkan bahwa namanya Izroil). “Katakanlah, ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikan kamu, kemudian hanya kepada Tuhanmu-lah kamu akan dikembalikan.’ (As Sajdah: 11)

• Para malaikat penjaga surga. Allah berfirman, “Sehingga apabila mereka sampai ke Surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah penjaga-penjaganya kepada mereka, ‘kesejahteraan atasmu, berbahagailah kamu, maka masukilah Surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.’” (Az-Zumar: 73)

• Para malaikat penjaga Neraka Jahannam, yaitu malaikat Zabaniyah. Para pemimpinnya ada 19 dan pemukanya adalah malaikat Malik. Sebagaimana firman Allah tentang Neraka Saqor “Tahukah kamu apa Saqor itu? Saqor itu tidak meninggalkan dan membiarkan. (Neraka Saqor) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan malaikat.” (Al Muddatstsir: 27-30). Dan dalam firman-Nya yang lain tentang permintaan penghuni Neraka kepada malaikat Malik “Mereka berseru, ‘Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja’. Dia menjawab, ‘kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” (Az Zukhruf: 77)

• Para malaikat yang ditugaskan menjaga seorang hamba dalam segala ihwalnya. Sebagaimana firman Allah, “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga…” (Al An’am: 61

• Para malaikat yang ditugaskan mengawasi amal seorang hamba, yang baik maupun yang buruk. Allah berfirman, “Apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.” (Az Zukhruf: 80). (Lihat Kitab Tauhid 2, Tim Ahli Tauhid)

Keimanan seseorang terhadap malaikat akan berdampak bagi meningkatnya ketakwaan seseorang, dimana dia akan lebih berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu, hal ini dikarenakan pengetahuannya bahwa segala sesuatu yang dia lakukan berupa perbuatan maupun perkataan, yang baik maupun yang buruk, akan dicatat para malaikat yang ditugasi oleh Allah, yang kemudian pada hari kiamat nanti seluruh amal yang telah tercatat tersebut akan diberikan balasan yang setimpal dari Allah. Firman Allah SWT “Dan kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.” (Al-Jatsiyah: 28).

Dengan demikian seorang hamba akan senantiasa berusaha agar keburukan demi keburukan tidak menghiasi catatan amalnya, supaya sesal di akhirat tidak semakin berlipat ganda.

Beriman Kepada Kitab Allah

Beriman dengan kitab samawi adalah wajib dan termasuk dari rukun iman, barangsiapa yang mengingkarinya seluruhnya atau sebahagian kitabullah berarti ia telah mengingkari Allah, Rasul dan hukumnya adalah kafir, wajib bagi imam memerintahkan untuk bertobat kepadanya atau membunuhnya jika tetap bughot (membangkang).

Kitab-kitab yang Allah turunkan kepada hamba-hambaNya merupakan nikmat Allah yang sangat besar dan wajib untuk disyukuri. Karena dengan diturunkannya kitab-kitab tersebut, manusia dapat mengetahui siapakah Allah, apa sajakah hak-hak Allah, dan berbagai macam kewajiban yang harus ditunaikannya. Namun betapa banyak manusia yang tidak memahami hakekat keimanan kepada kitab-kitab Allah. Padahal ini merupakan salah satu rukun (pondasi) iman seperti yang Rosululloh kabarkan, "Hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada malaikatNya, kitab-kitabNya, kepada para rosulNya, kepada hari akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baiknya maupun yang buruknya…” (HR. Muslim)

Seseorang dikatakan beriman kepada kitab-kitab Allah, tatkala dia membenarkan dengan penuh keyakinan, baik secara global maupun secara rinci, bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hambaNya yang di dalamnya terdapat kebenaran yang nyata, cahaya dan petunjuk yang jelas bagi manusia, dan bahwasanya kitab-kitab tersebut adalah kalam (perkataan) Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya, sesuai dengan apa yang Ia kehendaki.

Adapun beriman kepada kitab-kitab Allah mencakup tiga perkara: Pertama, mengimani bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar diturunkan oleh Allah. Kedua, mengimani kepada rincian nama-nama kitab tersebut sebagaimana yang telah Allah sebutkan. Ketiga, mempercayai berita-berita yang benar dari kitab-kitab tersebut sebagaimana pembenaran kita kepada Al Quran.

Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebajikan , akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, Malaikat- Malaikat , Kitab- Kitab dan Nabi- Nabi . (Al Baqoroh :177)

• Meyakini akan empat kitab samawi yang telah diturunkan Allah SWT, yaitu kitab Zabur kepada nabi Daud AS, kitab Taurat kepada nabi Musa AS, kitab injil kepada nabi Isa AS dan kitab Al-Qur’an kepada nabi akhir zaman Muhammad SAW.

• Mengimani bahwa hukum-hukum dan ajaran yang telah diturunkan kepada nabi terdahulu sebelum nabi Muhammad telah dinasekhkan (digantikan) oleh Al-Qur’an, maka bagi setiap muslim tidak mengerjakan ajaran nabi sebelumnya dan wajib malaksanakan hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur’an dan Asunah saja, disamping kitab-kitab sebelumnya telah diselewengkan pengikutnya, juga ia sudah mansuhk dengan syariat Islam.

• Mengimani dan memahami Al-Qur’an sebagaimana diajarkan Rasulullah, para sahabat, dan ulama yang sholeh.

• Mengimani bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah/bukan mahluk) yang diturunkan Allah kepada nabi akhir zaman dengan mutawaatir (terpercaya/ jauh dari subhat), jadi ibadah apabila dibacanya, menjadi syafaat bagi yang membacanya, mendalami menghafal dan mengaplikasikannya dalam kehidupan, menjadi obat dari segala penyakit hati dan menjadi petunjuk (Al-Huda) orang-orang yang beriman, kitabullah yang membedakan yang haq dan yang bathil (Al-Furqan).

• Mengimani bahwa orang yang mengingkari dan memperolok-olokan Al-Qur’an adalah kafir, baik sebagian ayat atau seluruhnya, faasik bagi orang yang meninggalkan perintahnya dan mengerjakan larangannya dan merupakan kemenangan dan kebahagiaan bagi orang yang melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan didalamnya.

"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" (QS. An-Nisa':69)

Al Qur’an & Akhlak Rasulullah

Sesungguhnya Al Qur’an adalah kalamullah (firman/perkataan Allah) bukan makhluk Allah, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shollAllahu’alaihi wa sallam, sehingga setap mukmin hendaknya senantiasa mengagungkan Al Qur’an dan berusaha untuk berpegang teguh dengan hukum-hukumnya, serta membaca dan memahaminya.

Lalu apa sajakah kewajiban seorang muslim terhadap Al Qur’an? Diantara kewajiban seorang muslim terhadap Al Quran adalah: (1) Wajib mencintai Al Qur’an, mengagungkan dan menghormati kedudukannya, sebab ia adalah kalamullah, perkataan yang paling benar, perkataan Allah, Rabb semesta alam. (2) Wajib membaca dan merenungkan ayat-ayat Al Qur’an, serta memikirkan pelajaran yang terkandung di dalamnya. (3) Wajib mengikuti hukum-hukum serta mentaati perintah-perintah yang ada di dalamnya.

Sebagai gambaran, lihat bagaimana ketika ‘Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi shollAllahu’alaihi wa sallam, maka ia menjawab, “Akhlak beliau adalah Al Qur’an.” (HR. Muslim). Yakni Rosululloh shollAllahu’alaihi wa sallam adalah orang yang mencerminkan penerapan nyata dari hukum-hukum Al Qur’an dan syariat-syariat di dalamnya. Itulah Rosululloh, dan kita sebagai umatnya hendaknya meneladani beliau. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (datangnya) hari akhir…” (QS. Al Ahzab: 21)

Buah Keimanan Kepada Kitab-Kitab Allah

Seseorang yang benar-benar beriman terhadap kitab-kitab Allah, termasuk Al Qur’an, akan memberikan banyak pengaruh terhadap dirinya, diantaranya:

Pertama, menyadari tentang perhatian Allah terhadap hamba-hambaNya, juga tentang kesempurnaan rahmat-Nya, di mana Allah telah menurunkan kepada setiap kaum sebuah kitab sebagai petunjuk agar mereka bisa mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Kedua, dapat mengetahui hikmah Allah dalam penetapan syariat-Nya, dimana Allah telah mensyariatkan bagi setiap kaum, apa yang sesuai dengan keadaan kaum tersebut. Allah berfirman, “Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (QS. Al Maidah: 48). Ketiga, dapat bersyukur kepada Allah terhadap nikmat Allah, yakni diturunkannya kitab-kitab tersebut. Sebab kitab-kitab tersebut adalah cahaya dan petunjuk di dunia maupun di akherat.

Beriman Kepada Rasulullah,
Adalah Jalan Keselamatan!


Sesungguhnya diantara sebab utama kelemahan kaum muslimin dewasa ini adalah karena mereka tidak memahami hakikat keimanan kepada para Rosul. Oleh karena sebab seperti ini pula umat-umat terdahulu dibinasakan oleh Allah. Lihatlah sikap dan perilaku umat Islam yang sehari-harinya penuh dengan kemaksiatan; aurat diumbar, sholat ditinggalkan, sabda Nabi disepelekan dan lain sebagainya. Bahkan ada diantara kaum muslimin yang lebih merasa mantap kalau mengambil pendapat tokoh-tokoh barat daripada mengambil perkataan emas para sahabat, yang notabene adalah juru bicara Rosul shollAllahu ‘alaihi wa sallam, inikah yang disebut sebagai kemajuan?! Oleh karena itulah kita perlu menyegarkan kembali pemahaman kita tentang iman kepada para Rosul. Allah Ta’ala berfirman, “Berilah peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Adz Dzariyaat: 55)

Semua Berita Rosul Adalah Kebenaran

Seorang utusan bertugas untuk menyampaikan amanat yang diberikan oleh pihak yang mengutus dirinya. Maka mendustakan apa yang disampaikannya berarti mendustakan pengutusnya. Allah telah mengutus para Rosul untuk dibenarkan beritanya bukan untuk didustakan.

Demikian pula berita yang dibawa Nabi dan Rosul terakhir; Muhammad shollAllahu ‘alaihi wa sallam semuanya adalah kebenaran. “Dan Dia (Muhammad) tidaklah berbicara dari hawa nafsunya, akan tetapi itu adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (An Najm: 3-4)

Maka setiap hadits yang telah dinyatakan keabsahannya oleh ahli hadits harus kita yakini kebenarannya walaupun akal kita belum bisa menjangkaunya. Lihatlah bagaimana ketegaran Abu Bakar Ash Shiddiq ketika banyak orang-orang Quraisy di masa itu mendustakan berita naiknya Nabi ke langit dalam peristiwa isro’ dan mi’roj dan mereka pun mengolok-olok Nabi karenanya. Apa kata Abu Bakar? Beliau mengatakan, “Kalau benar Muhammad yang mengatakannya maka lebih dari itupun aku mempercayainya!”

Mendustakan Seorang Rosul Sama Dengan Mendustakan Seluruh Rosul

Orang yang mendustakan seorang Rosul sama artinya mendustakan Rosul yang lainnya. Allah berfirman, “Kaum Nabi Nuh telah mendustakan para Rosul.” (Asy Syu’araa’: 105). Syaikh Al Utsaimin rohimahulloh berkata, “Allah menilai tindakan kaum Nuh sebagai pendustaan kepada seluruh Rosul padahal ketika itu belum ada seorang Rosul pun selain Nabi Nuh.

"Berdasarkan hal ini maka orang-orang Nasrani yang mendustakan Nabi Muhammad dan tidak mau mengikutinya sebenarnya mereka juga telah mendustakan Al Masih bin Maryam (Nabi Isa) dan tidak mengikuti ajarannya…” (Syarah Tsalatsatil Ushul, Syaikh Al Utsaimin)

Tidak Semua Nama Rosul Diberitahukan

“Sungguh Kami telah mengutus para Rosul sebelum engkau (Muhammad), diantara mereka ada yang Kami kisahkan kepadamu dan ada pula yang tidak Kami kisahkan kepadamu.” (Al Mu’min: 78). Kalau para Rosul yang sudah kita ketahui namanya maka kita harus mengimaninya dengan nama tersebut, lalu bagaimana kita mengimani Rosul yang tidak kita ketahui namanya? Syaikh Al Utsaimin menjelaskan, “Adapun Rosul yang tidak kita ketahui namanya maka kita beriman kepadanya secara global.” (Syarah Tsalatsatil Ushul, Syaikh Al Utsaimin). Maksudnya yaitu kita mengimani bahwa Allah benar-benar telah mengutus mereka meskipun tidak kita ketahui namanya.

Untuk Apa Para Rosul Diutus ?

Mereka membawa berita gembira bagi siapa saja yang mau taat dan mereka membawa ancaman siksa bagi siapa saja yang bermaksiat. Rosul adalah hamba sebagaimana kita maka tidak boleh menujukan ibadah kepadanya. Syaikh Muhammad At Tamimi memberikan sebuah kaidah yang masyhur yang patut kita ingat tentang diri Nabi; ‘Abdun falaa yu’bad Rosuulun falaa yukadzdzab’ bahwa Muhammad adalah hamba maka tidak boleh diibadahi dan beliau adalah Rosul (utusan) sehingga tidak boleh didustakan.

“Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang Rosul (yang mengajak) Sembahlah Allah dan jauhilah thoghut.” (An Nahl: 36). Para Rosul adalah makhluk Allah yang berwujud manusia bukan malaikat. Mereka diutus untuk mengajari manusia tentang tujuan hidup mereka yaitu menyembah kepada Allah Ta’ala saja.

Wajib Mentaati Perintah Rosul

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintahnya (Rosululloh) merasa khawatir akan ditimpakan fitnah (bencana) kepada mereka atau adzab yang pedih akan menimpa mereka.” (An Nuur: 63). Kalaulah menyelisihi perintah Rosul itu tidak mengapa tentunya Allah tidak akan mengancam mereka dengan ditimpakannya fitnah atau adzab yang pedih. Berdasarkan ayat ini pula bisa diambil kaidah ushul, ‘hukum asal perintah adalah wajib’.

Lagipula kalau kita mau merenungkan, sebetulnya ketaatan kita kepada Rosul itulah yang akan menyelamatkan kita dari siksa. Orang yang mentaati Rosul itu sama artinya telah mentaati Allah. “Barangsiapa yang mentaati Rosul sesungguhnya dia telah mentaati Allah.” (An Nisa’: 80) Sehingga orang yang mendurhakai perintah Rosul berarti juga telah mendurhakai Allah. Siapakah orang yang berani-berani mendurhakai Allah yang Menguasai seluruh alam dan Maha pedih siksanya.

Ancaman Bagi Para Penentang Rosul

Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang menentang Rosul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti jalannya selain orang mu’min maka Kami biarkan dia dalam kesesatannya dan Kami akan masukkan dia ke dalam neraka Jahannam, dan sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (An Nisa: 115)

Syaikh As Sa’di berkata dalam kitab tafsirnya, ketika menjelaskan firman Allah “Kami biarkan dia dalam kesesatannya”: Yakni Kami tinggalkan dia menempuh apa yang dipilihnya bagi dirinya sendiri. Kami hinakan dia dan tidak memberinya taufik menuju kebaikan karena dia telah melihat dan mengerti kebenaran namun justeru meninggalkannya. Sehingga sebagai bentuk keadilan-Nya, Allah membalasnya dengan membiarkannya kebingungan dalam kesesatannya, dan Allah menambahkan kesesatan demi kesesatan kepadanya. Sebagaimana firman Allah, “Maka tatkala mereka menyimpang maka Allah simpangkan hati mereka.” (Ash Shof: 5) (Taisir Karimirrohman, Syaikh As Sa’di). Begitulah nasib para penentang Rosul; tenggelam dalam kesesatan demi kesesatan.

Buah Keimanan Kepada Rosul : Syaikh Al Utsaimin rohimahulloh menyebutkan manfaat apa yang bisa kita petik dari keimanan yang benar terhadap para Rosul, yaitu: Pertama, mengetahui betapa kasih sayang dan perhatiannya Allah Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya, dimana Dia telah mengutus para Rosul kepada mereka dalam rangka membimbing mereka kepada jalan Allah yang lurus, dan supaya mereka menjelaskan bagaimana seharusnya cara beribadah kepada Allah dikarenakan akal semata tidak bisa menjangkau hal itu. Kedua, bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sangat besar ini. Ketiga, tumbuhnya kecintaan dan penghormatan kepada para Rosul ‘alaihimush sholatu was salam serta memuji mereka dengan sepantasnya karena mereka adalah utusan Allah yang senantiasa menegakkan ibadah kepada-Nya, menyampaikan risalah-Nya serta memberikan nasehat kepada para hamba. (Syarah Tsalatsatil Ushul, Syaikh Al Utsaimin)

Maka sudah seharusnya kita bersemangat untuk bangkit dan meniti jalan para Rosul beserta para pengikutnya yang setia. Semoga Allah memudahkan perjalanan kita menuju surga-Nya. WAllahul musta’aan.Keimanan bahwa Rasulullah adalah pembawa risalah dan wahyu dari pencipta alam semesta ini, mereka manusia-manusia pilihan Allah diatas muka bumi ini, yang membawa hidayah Allah dan rahmat bagi manusia.

Nabi Muhammad adalah nabi akhir zaman yang wajib ditaati secara muthlaq (dalam syari’ah) oleh setiap ummatnya dan ketaatan kepada selain Allah dan RasulNya adalah Muqayyad (tidak muthlaq). Realisasi dari keimanan kepada Rasul adalah dengan cara melaksanakan apa yang telah diajarkannya dan meninggalkan apa yang telah dilarangnya, tanpa menambah (berbuat bid’ah) atau menguranginya (ta’thil).

Setiap orang yang beriman diharuskan untuk mencintai dan mengagungkannya tanpa berlebih-lebihan serta dilarang untuk mengagungkannya sebagaimana ummat Kristen mengagungkan nabi Isa AS. Allah berfirman yang maksudnya : “Dialah yang telah mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkan diatas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci”. (Qs. Ash-Shaf : 9).

Mengimani bahwa Jumlah nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah 25 nabi dan rasul, namun jumlah seluruhnya hanya Allah dan RasulNya yang tahu. ”Mereka telah kami utus selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan memberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah setelah diutusnya Rasul-rasul itu, dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Qs. An-Nisa : 165).

BAGAIMANA BERIMAN KEPADA HARI AKHIR ?

Hari kiamat ialah hari yang dahsyatnya luar biasa. Allah banyak menjelaskan dalam kitab-Nya tentang kengerian yang terjadi di hari tersebut, mulai dari digulungnya matahari, jatuhnya bintang-bintang, hancurnya gunung-gunung, bergoncangnya bumi serta sederet peristiwa mahadahsyat yang lain. Bencana tsunami yang menimpa Aceh beberapa waktu lalu amat dahsyat, dan ketahuilah sungguh kiamat besar besok jauh lebih dahsyat lagi. Allah berfirman, “Dan apabila lautan dijadikan meluap”. Dan sudah seharusnya bagi kita memetik pelajaran berharga untuk bertobat dari berbagai macam kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan yang selama ini kita lakukan.

Hari kiamat disebut juga hari akhir, karena tidak ada hari lagi di dunia untuk beramal sesudah hari itu. Penduduk surga akan menempati tempatnya begitu pula dengan penduduk neraka akan menempati tempatnya. Hanya Allah sajalah yang tahu kapankah hari kiamat, bahkan Rosul-Nya dan malaikat-Nya yang paling mulia pun tidak mengetahui waktunya.

Tanda Hari Kiamat

Tanda-tanda munculnya hari kiamat amat banyak, baik yang sudah terjadi, sedang terjadi ataupun belum terjadi. Diantaranya yaitu diutusnya Muhammad rosululloh dan wafatnya beliau. Begitu pula munculnya orang-orang bodoh yang justeru ditokohkan dan jadi panutan, orang-orang berlomba-lomba untuk memegahkan bangunan masjid. Di samping itu akan muncul tanda-tanda besar seperti Mahdi, Dajjal, turunnya Nabi Isa serta Ya’juj dan Ma’juj.

Dajjal ialah seorang pembohong besar yang akan keluar di akhir zaman yang mengaku sebagai tuhan. Ia dinamai Al Masih karena menjelajah seluruh dunia bagaikan hujan yang terbawa angin kecuali terhalang masuk Makkah dan Madinah. Dajjal seorang yang buta sebelah dan tertulis diantara kedua matanya ‘kaf fa ro’ yang hanya dapat dibaca oleh orang mukmin. Dajjal hidup selama 40 hari; sehari seperti setahun, sehari seperti sebulan, sehari seperti sepekan dan sisanya seperti hari biasa. Fitnahnya sangat besar diantaranya memerintahkan langit untuk turunkan hujan dan turunlah, memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman dan tumbuhlah. Kemunculannya telah ditegaskan oleh Sunnah dan ijma’. Dajjal ini kelak akan dibunuh oleh Nabi Isa. Nabi Isa ini wafat dan disholatkan kaum muslimin.

Beriman Kepada Fitnah Kubur, Siksa dan Nikmat Kubur : Fitnah kubur yaitu pertanyaan kubur yang akan diajukan kepada orang mati setelah dikubur, yaitu “Siapakah Robbmu, nabimu dan apa agamamu” Allah akan meneguhkan orang mukmin dengan ucapan yang benar dan lancar: “Robbku Allah, agamaku Islam dan Nabiku Muhammad”. Adapun orang yang ragu atau munafik maka ia mengatakan: “Ha… ha… saya tidak tahu, aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu maka aku tiru.” (Syarah Al Wajibat) Ini menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut tidak akan semudah dijawab dengan hanya dihafal di dunia. Sungguh orang munafik yang hafal dan paham maknanya di dunia tetap saja tidak akan mampu menjawabnya. Dan jawaban seorang hamba tidak akan terlepas bagaimanakah keilmuannya terhadap jawaban tersebut dan amalnya ketika di dunia.

Seluruh Manusia Pada Hari Itu Dibangkitkan dari Kubur dan Dikumpulkan

Termasuk dalam unsur iman kepada hari akhir yaitu beriman kepada kebangkitan, yaitu dihidupkannya orang yang telah mati tatkala ditiup sangkakala untuk yang kedua kalinya. Manusia kala itu dikumpulkan dalam keadaan tak beralas kaki, telanjang dan tidak berkhitan, namun urusan manusia tatkala itu amat berat sehingga mereka tidak sempat memperhatikan aurat orang lain. Allah Ta’ala berfirman, “Kemudian setelah itu kamu sekalian benar-benar akan mati, lalu kamu sekalian benar-benar akan dibangkitkan di hari kiamat.” (Al Mu’minun: 15-16).

Dan firman-Nya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang sesudahnya benar-benar akan dikumpulkan pada suatu waktu yang dikenal.’” (Al Waqi’ah: 49-50). Rosululloh shollAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh kalian semua akan dikumpulkan dalam keadaan tak beralas kaki, telanjang dan tidak bersunat…” (HR. Bukhori, Muslim)

Dihisabnya Amal dan Diganjar

Seorang hamba akan dihisab atas amal perbuatannya dan diganjar sesuai dengan amalnya tersebut. Allah Ta’ala berfirman, “Kemudian kewajiban Kamilah menghisab mereka.” (Al Ghosyiyah: 26). Allah juga berfirman, “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Al An’am: 160)
Umat Muhammad sholAllahu ‘alaihi wa sallam adalah ummat yang pertama kali dihisab. Amal hamba yang pertama kali dihisab berkaitan dengan hak Allah adalah sholat, sedangkan yang berhubungan dengan hak manusia adalah masalah pembunuhan. Seorang mu’min yang dihisab maka Allah memperlihatkan kepadanya amal-amalnya kemudian ia mengakui dan merasa akan binasa, lalu Allah berfirman kepadanya, “Aku telah menutupi dosa-dosamu itu ketika di dunia dan pada hari ini Aku mengampuninya”, kemudian diberikan kepadanya catatan-catatan kebaikannya. Adapun orang-orang kafir dan munafik maka diserukan kepada seluruh makhluk bahwa inilah orang-orang yang mendustakan Robb mereka, ketahuilah bahwa laknat Allah diberikan untuk orang-orang yang berbuat zholim.

Amal manusia ditimbang dengan timbangan pada hari kiamat. Timbangan ini adalah timbangan hakiki yang memiliki dua daun timbangan. Allah berfirman, “Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.” (Al Mu’minun: 102-103)

Surga dan Neraka : Mengimani adanya Surga dan Neraka termasuk rangkaian iman kepada hari kiamat. Keduanya adalah kampung abadi bagi para makhluk. Surga adalah negeri yang penuh kenikmatan yang telah disediakan untuk orang-orang yang beriman bertakwa, taat, ikhlas pada Allah serta taat pada Rosul-Nya. Kenikmatan dalam surga begitu besarnya, tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga dan tak pernah terlintas dalam benak manusia.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Al Bayyinah: 7-8)

Adapun neraka adalah negeri yang penuh dengan kesengsaraan dan berbagai adzab yang telah Allah sediakan untuk orang-orang kafir dan zholim, yang mereka kufur kepada Robbnya dan mendustakan Rosul-Nya. Di dalam neraka terdapat berbagai macam adzab yang tidak pernah terlintas dalam hati.

“Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zhalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Al Kahfi: 29)

Setelah masuknya penduduk surga yang terakhir ke dalam surga, ‘kematian’ diwujudkan dalam bentuk domba, kemudian domba itu disembelih (HR. Bukhori). Artinya tidak ada lagi kematian sejak saat itu, maka kekAllah penduduk surga di surga dan penduduk neraka di neraka selama-lamanya.

Buah Iman Kepada Hari Akhir : Dengan beriman kepada hari akhir dengan benar seseorang akan lebih rajin melaksanakan amal kebaikan sebagai persiapan untuk hari pembalasan kelak. Seseorang juga akan merasa takut dan gelisah untuk bermaksiat karena akan ada siksa atas perbuatan itu.

Di samping itu juga akan menjadi hal yang dapat menghibur seorang mukmin yang tidak sempat mendapatkan kesenangan dunia, ia akan mendapatkan ganti berupa kenikmatan akhirat yang jauh di atas kenikmatan dunia. (Syarah Tsalatsatu Ushul). Keimanan bahwa hari kiamat adalah hari dimana tidak berguna lagi tahta, harta benda dan hubungan keluarga, kecuali yang telah diamalkannya ketika didunia. (QS. Al-Baqoroh :177)

Keimanan bahwa hari kiamat adalah pasti terjadi dan tidak ada seorangpun yang mampu mencegah kedatangannya. Keimanan bahwa makhluk tiada ada yang tahu kapan terjadinya hari kiamat. Rasulullah dan sahabatnya hanya memberikan tanda-tandanya. (QS. Al-Arof:187)

Beriman Kepada Taqdir Allah SWT

Beriman Kepada Takdir Allah : Iman kepada takdir merupakan salah satu rukun iman yang enam. Barangsiapa tidak mengimaninya sungguh dia telah terjerumus dalam kekafiran meskipun dia mengimani rukun-rukun iman yang lainnya. Walhamdulillah banyak diantara kaum muslimin yang telah mengenal takdir, akan tetapi amat disayangkan ternyata masih terdapat berbagai fenomena yang justru menodai bahkan bertentangan dengan keimanan kepada takdir.

Barangkali masih tersimpan dalam ingatan kita tatkala seorang artis mempopulerkan lagu ‘Takdir memang kejam’ yang sangat digemari oleh sebagian masyarakat negeri ini beberapa waktu lampau, yang menunjukkan betapa mudahnya masyarakat kita menerima sesuatu yang menurut mereka bagus namun pada hakikatnya justeru merusak akidah mereka. Karena itulah setiap muslim wajib membekali dirinya dengan pemahaman takdir yang benar sebagaimana yang diajarkan oleh Allah dan Rosul-Nya. Dalam mengimani takdir ada empat hal yang harus diyakini dalam dada setiap muslim yaitu al ‘ilmu, al kitabah, al masyi’ah dan al kholq.

Pertama, Al ‘Ilmu (Tentang Ilmu Allah)

Kita meyakini bahwa ilmu Allah Ta’ala meliputi segala sesuatu secara global dan terperinci yang terjadi sejak zaman azali (yang tidak berpermulaan) sampai abadi (yang tidak berkesudahan). Allah Ta’ala berfirman, “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (Al Hajj: 70). Allah sudah tahu siapa saja yang akan menghuni Surga dan siapa yang akan menghuni Neraka. Tidak ada satupun makhluk di langit maupun di bumi bahkan di dalam perut bumi sekalipun yang luput dari pengetahuan-Nya.

Kedua, Al Kitabah (Tentang Penulisan Ilmu Allah)

Kita meyakini bahwa Allah Ta’ala telah menuliskan ilmu-Nya tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam Lauhul Mahfuzh sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Rosululloh shollAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah telah menulis takdir seluruh makhluk ciptaan-Nya semejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim). Takdir yang ditulis di Lauhul Mahfuzh ini tidak pernah berubah. Berdasarkan ilmu-Nya, Allah telah menuliskan siapa saja yang termasuk penghuni surga dan siapa yang termasuk penghuni neraka. Namun tidak ada satu orangpun yang mengetahui apa yang ditulis di Lauhul Mahfuzh kecuali setelah hal itu terjadi.

Ketiga, Al Masyi’ah (Tentang Kehendak Allah)

Kita meyakini bahwa Allah Ta’ala memiliki kehendak yang meliputi segala sesuatu. Tidak ada satu perbuatan makhluk pun yang keluar dari kehendak-Nya. Segala sesuatu yang terjadi semuanya di bawah kehendak (masyi’ah) Allah, entah itu disukai atau tidak disukai oleh syari’at. Inilah yang disebut dengan Irodah Kauniyah Qodariyah atau Al Masyi’ah. Seperti adanya ketaatan dan kemaksiatan itu semua terjadi di bawah kehendak Allah yang satu ini. Meskipun kemaksiatan itu tidak diinginkan terjadi oleh aturan syari’at.

Di sisi lain Allah memiliki Irodah Syar’iyah Diniyah. Di dalam jenis kehendak/irodah yang kedua ini terkandung kecintaan Allah. Maka orang yang berbuat taat telah menuruti 2 macam kehendak Allah ini. Adapun orang yang bermaksiat dia telah menyimpang dari Irodah Syar’iyah namun tidak terlepas dari Irodah Kauniyah. Lalu apakah orang yang bermaksiat ini terpuji? Jawabnya, Tidak. Karena dia telah melakukan perkara yang tidak dicintai d bahkan dibenci oleh Allah.

Keempat, Al Kholq (Tentang Penciptaan Segala Sesuatu Oleh Allah)

Kita meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta adalah makhluk ciptaan Allah baik itu berupa dzat maupun sifat, demikian juga seluruh gerak-gerik yang terjadi di dalamnya. Allah Ta’ala befirman, “Allah adalah pencipta segala sesuatu.” (Az Zumar: 62). Perbuatan hamba juga termasuk makhluk ciptaan Allah, karena perbuatan tersebut terjadi dengan kehendak dan kemampuan hamba; yang kedua-duanya ada karena diciptakan oleh Allah. Allah Ta’ala berfirman, “Allah-lah yang Menciptakan kalian dan amal perbuatan kalian.” (Ash Shoffaat: 96)

Sumber Kesesatan Dalam Memahami Takdir

Sesungguhnya kesesatan dalam memahami takdir bersumber dari kesalahpahaman dalam memahami kehendak/irodah Allah. Mereka yang menganggap terjadinya kemaksiatan terjadi di luar kehendak Allah telah menyingkirkan dalil-dalil Al Kitab dan As Sunnah yang menunjukkan tentang Irodah Kauniyah. Orang-orang semacam ini akhirnya terjatuh dalam kesesatan tipe Qodariyah yang menolak takdir. Sedangkan mereka yang menganggap segala sesuatu yang ada baik ketaatan maupun kemaksiatan terjadi karena dicintai Allah telah menyingkirkan dalil-dalil Al Kitab dan As Sunnah yang mengancam hamba yang menyimpang dari Irodah Syar’iyah. Orang-orang semacam ini akhirnya terjatuh dalam kesesatan tipe Jabriyah yang menganggap hamba dalam keadaan dipaksa oleh Allah. Maha Suci lagi Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan. Maka Ahlus Sunnah berada di tengah-tengah, mereka mengimani Irodah Syar’iyah dan Irodah Kauniyah, dan inilah pemahaman Nabi dan para sahabat.

Takdir Adalah Rahasia Allah

Ali bin Abi Tholib rodhiyAllahu ‘anhu menceritakan bahwa Nabi shollAllahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Setiap kalian telah ditulis tempat duduknya di surga atau di neraka”. Maka ada seseorang dari suatu kaum yang berkata, “Kalau begitu kami bersandar saja (tidak beramal-pent) wahai Rosululloh?”. Maka beliau pun menjawab, “Jangan demikian, beramAllah kalian karena setiap orang akan dimudahkan”, kemudian beliau membaca firman Allah, “Adapun orang-orang yang mau berderma dan bertakwa serta membenarkan Al Husna (Surga) maka kami siapkan baginya jalan yang mudah.” (Al Lail: 5-7). (HR. Bukhori dan Muslim). Inilah nasehat Nabi kepada kita untuk tidak bertopang dagu dan supaya senantiasa bersemangat dalam beramal dan tidak menjadikan takdir sebagai dalih untuk bermaksiat.

Pilih Mana: Jalan Ke Surga Atau ke Neraka?

Apabila di hadapan anda terdapat 2 buah jalan; yang satu menuju daerah yang penuh kekisruhan dan ketidakamanan, sedangkan jalan yang satunya menuju daerah yang penuh ketentraman dan keamanan. Akan kemanakah anda akan melangkahkan kaki? Akal sehat tentu memilih jalan yang pertama. Maka demikian pulalah seharusnya kita bersikap dalam memilih jalan yang menuju kehidupan akhirat kita, hendaknya jalan ke surga itulah yang kita pilih bukan sebaliknya. Alangkah tidak adilnya manusia yang memilih kesenangan duniawi dengan akalnya namun justeru memilih kesengsaraan akhirat dengan dalih takdir dan membuang akal sehatnya. Suatu saat ada pencuri yang hendak dipotong tangan oleh kholifah Umar, namun pencuri ini mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin sesungguhnya aku mencuri hanya karena takdir Allah”. Umar pun menjawab, “Dan Kami pun memotong tangan dengan takdir Allah”. Lalu siapakah yang kejam? Bukan takdir Allah yang kejam tapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. WAllahu a’lam bish showaab.

Musibah Adalah Bukti Kecintaan Allah : Rosululloh SholAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hambanya, maka disegerakan hukuman baginya di dunia. Sebaliknya apabila Allah menghendaki keburukan pada seseorang maka ditangguhkan dosanya sampai dipenuhi balasannya di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi dan Al Hakim)

Allah menimpakan musibah kepada hamba-Nya yang mukmin untuk membersihkan dosa dan kesalahannya, sehingga di hari akhir kelak beban keburukannya berkurang. Adapun orang yang tidak Allah timpakan musibah padanya tatkala di dunia tidaklah bisa diambil kesimpulan bahwa Allah cinta atau memuliakannya tapi mungkin saja hal ini merupakan istidroj ketika ia hidup sehingga ketika di hari akhir menjadikan dosa dan timbangan amal buruknya makin besar. Allah memberikan nikmat kepada siapapun dan menghalanginya dari siapapun. Allah tidak ditanya tentang yang Dia perbuat tapi manusia lah yang akan ditanya tentang yang diperbuatnya. Bencana kepada mukmin adalah tanda kebaikan sepanjang bukan musibah agama meninggalkan kewajiban dan melaksanakan keharaman.

Ridho Diganjar Dengan Ridho, Marah Diganjar Dengan Marah

Reaksi seseorang ketika tertimpa musibah itulah yang akan menentuan penilaian Allah terhadapnya. Rosululloh SholAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya besar pahala berbanding lurus dengan besar cobaan. Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Allah uji mereka. Barang siapa yang ridho maka baginya keridhoan Allah dan barang siapa yang marah maka baginya kemarahan Allah.” (HR. Tirmidzi)

(Bersambung….)

Buku Laris, Kisah Nyata. Panduan Kaya Dunia Akhirat,Mau?
Indahnya Berbisnis dengan Tuhan (Allah SWT)







Menurut saya buku ini sangat inspiratif dan penuh nilai positif. Mendorong kita semua untuk selalu berbisnis dengan yang Maha Kaya Raya. Bisnis yang akan selalu untung dan tidak akan pernah rugi.

DR.H.M.Hidayat Nur Wahid,MA
Ketua MPR RI



Berbisnislah dengan Tuhan, Niscaya Anda tidak akan pernah rugi. Bacalah buku ini sebagai petunjuknya (Valentino Dinsi,MM,MBA)

Pesan Buku disini,Mau?
Sekarang Discount!






<
Saudaraku Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Dialah pencipta segala KEAJAIBAN. Maka jangan batasi keimanan Anda akan kasih sayang, dan kemurahan rezeki-Nya. Saatnya kita menjemputnya dengan CARA yang benar. Bisa!


Bahagia, Kaya Dunia Akhirat, Mau? Ingin Tahu Caranya? Klik disini ajah!

GRATIS :
Panduan Untung Dagang & Usaha klik disini,Mau?

Panduan Lengkap Menghasilkan Banyak Uang dari Internet.Klik disini Ajah!:

Posting Komentar

 
Top