GuidePedia

0

Bagaimanakah cara seoarang tukang kayu mampu menjadi Walikota Solo ? Siapa profil JOKOWI sebenarnya? Apa cara sukses Jokowi meyakinkan penduduk Jakarta bahkan rakyat Indonesia untuk menjadi pemimpin? Apa strategy marketing tim JOKOWI dalam memenangkan pilkada DKI Jakarta? Mengapa JOKOWI diterima di Ibu Kota Negara yang masyarakatnya sangat plularis dan heterogen? Apa jurus jitu politik pencitraan JOKOWI ? Siapa saja tim sukses dibalik kemenangan JOKOWI, baik dari para pakar komunikasi atau para pengusaha yang mendukung dana sangat fantastic untuk memenangkan JOKOWI? Apa hikmah yang dapat kita ambil untuk sukses bisnis agar popularitas dan elektablitas produk usaha kita terus meningkat dan terus memeberikan keuantungan yang besar ?


Saya tertarik dengan sebuah artikel dengan judul “Menjual Diri ala Jokowi” artikel ini diulas oleh Tri Setia Ayuningsih, Ariza Raditya Z,  dan teman teman.Setidaknya ini akan jadi prolog artikel yang saya akan haturkan kepada Anda

Fenomena ‘begitu diterimanya Joko Widodo (Jokowi) ditengah masyarakat’ sebenarnya bisa dikerangkai secara akademik. Selain karena pemicu natural, penasbihan popularitas Jokowi oleh masyarakat sesungguhnya juga disebabkan oleh ‘paksaan’.  Faktor  figur kemudian menjadi konkretisasi dari pengakuan masyarakat terhadap kapabilitas Jokowi secara alamiah. Tetapi di sisi yang lain, political branding mewakili cara untuk memaksa publik agar memberikan pandangan positif terhadap kompetensi Jokowi melalui pencitraan yang didisain sedemikian rupa. Paper ini kemudian akan berusaha untuk secarakonseptual menjelaskan analisis pengakuan masyarakat terhadap popularitas Jokowi dari perspektif pencitraan. Di mana labelling yang muncul bukan karena inisiatif masyarakat,tetapi karena pembagusan figur secara intensif. Kata kunci : political branding, pencitraan

Mengapa JOKOWI saat ini menjadi Sangat Populer ?

Akhir - akhir ini nama Jokowi sangat populer di telinga masyarakat, penyebabnyatidak lain adalah porsi pemberitaannya di berbagai media massa yang seolah tiada henti.Semua adegan dalam kehidupannya sudah menjadi konsumsi khalayak, bahkan ketika dirinyasedang tidak menjadi pejabat negara sekalipun. Usut punya usut, gaya kepemimpinannyayang sering nyeleneh tur sembodo dan sesekali melawan mainstream, digadang gadang menjadi daya magnet luar biasa yang kemudian menjadi alternatif pilihan berita. 

Secara konseptual, ini kajian yang sangat menarik terutama di ranah intermediari.Politik memberi ruang bagi seseorang atau sekumpulan orang untuk mencapai kekuasaanmelalui cara cara persuasif untuk supaya ia mendapatkan sekian jumlah dukungan elektoral,sementara media sangat mempersilakannya karena itu bagian dari pekerjaan mereka. Politik 

dan media kemudian menjadi dua aspek yang saling berrelasi mutualis, yang melahirkan satuproduk interseksi bernama  political branding .Secara sederhana,  political branding merupakan topik kompromis dari ranah mediadan politik. Politik melahirkan aktor pemakainya, sementara media meminjamkankatalisatornya. Jika dikaitkan dengan substansi penugasan, Jokowi yang secara politis sedangmembutuhkan dukungan konkret dari masyarakat agar terpilih sebagai calon gubernur DKI,dikatalis oleh media melalui mekanisme tersebut. Tanpa  political branding,  akseptabilitas Jokowi di tengah masyarakat tidak akan sementereng hari ini. Oleh karenanya secara lekas, paper ini akan berusaha menjelaskan aktualisasi political branding yang dilakukan oleh Jokowi hingga akhirnya terpilih menjadi gubernur DKI. Adapun porsi teoretik untuk mempertahankan kajian ini tetap berada di ranahakademik, juga akan penulis upayakan. Sebagai bukti, penulisan ilmiah ini akan dipandu olehdua pertanyaan besar;  apa yang dilakukan Jokowi untuk mencitrakan dirinya ? dan bagaimana respon masyarakat terhadap pencitraan dirinya ?

Ide mengaplikasikan manajemen branding ke dalam entitas partai politik menjadi ideyang menantang karena selama ini partai politik telah lama melihat dirinya dikendalikansecara ideologis dan bukan berorientasi pasar. Namun seiring dengan meningkatkanya gagasan neoliberal, partai politik menjadi semakin berorientasi pasar (Reeves, Chernatony &Carrigan 2006).

Political branding merupakan salah satu strategi dalam membangun citrapolitik (political image) individu, kelompok, atau partai politik. Secara spesifik, konsep political branding mengacu pada taktik yang digunakan oleh politisi untuk meraihpopularitas dalam pemilihan. Dewasa ini, political branding tidak sebatas menggunakanmetode periklanan politik tradisional, namun lebih pada penggunaan metode kampanyeidentitas diri dan kampanye pemasaran menyeluruh (Scammell 2007). Lebih lanjut, menurutScammell (2007),

brand atau merek yang difahami tim JOKOWI didfinisikan sebagai representasi psikologis dari sebuahproduk atau organisasi, lebih merupakan nilai guna simbolis daripada nilai guna yang nyata(Scammell 2007, h. 177). Branding merujuk pada berbagai aktivitas organisasi yangditujukan pada upaya mengkreasi dan mendorong citra dari organisasi yang berbeda dalambenak konsumen. Aktivitas ini memfokuskan pada atribut-atribut yang dipilih untuk 

Political branding  JOKOWI juga melibatkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki, seperti intelektualitas, kharisma, integritas moral, dan tentunya sumberdaya ekonomi. Satu lagikonsep yang lekat kaitannya dengan political branding adalah political marketing yangdipahami sebagai proses pemasaran Branding politik pada pasar pemilih untuk mendapatkandukungan dari calon pemilih (Shama 1976, h. 766).

Political marketing menjadi strategiuntuk menginformasikan pemilih terhadap kandidat yang diusung dan di saat yang samamempengaruhi perilaku pemasaran target, sekaligus memberikan fasilitasi kepada kandidatyang telah di- branding. Dengan demikian,  political branding dapat dilakukan  denganstrategi  political marketing yang efektif untuk meraih dukungan dari calon pemilih.Dalam konteks yang lebih teknis dan spesifik, political branding tidak bisa terlepas dari 
 political marketing yang dilakukan oleh parpol atau kandidat. Kedua hal tersebutdibangun melalui iklan-iklan politik melalui beberapa media seperti media cetak, mediaelektronik, baliho dan spanduk. Hal tersebut dilakukan untuk menarik simpati pemilihsebagai upaya meraih dukungan dari pemilih (Pradhanawati 2011, h. 8).

Political branding  maupun  political marketing banyak dilakukan oleh kandidat-kandidat atau orang-orang yangmenginginkan jabatan-jabatan publik baik di tingkat pusat maupun daerah, seperti; kursiDPR, DPRD, Gubernur-Wakil Gubernur, Walikota-Wakil Walikota, Bupati-Wakil Bupati,maupun Presiden-Wakil Presiden. Hal tersebut juga terjadi pada fenomena Jokowi dan Ahok pada pemilihan gubernur-wakil gubernur DKI pada tahun 2012 yang lalu. Namun demikiandalam melakukan pemasaran politik, di luar bantuan media massa, Jokowi-Ahok sebenarnya juga didukung oleh partai pengusungnya, yakni PDIP dan Gerindra. Otomatis, bukan suatuhal yang janggal apabila di dalam iklan politik kedua calon tersebut, terpampang gambarpartai-partai atau tokoh partai yang mengusung atau mendukung kedua calon. 

Menurut Dan Nimmo, dalam political marketing , produk politik terbagi menjadiempat, yakni; 1)
Policy ; kebijakan, isu, dan program kerja, 2) Person ; figur kandidat danfigur pendukung, 3)
Party; ideologi, struktur, visi-misi dari partai yang mencalonkan

Jika kita berbicara tentang Cara Sukses Personal Marketing JOKOWI akan sangat banyak literaturnya, dan sangat banyak penafsirannya, insya Allah saya akan sajikan lanjutan Cara Sukses Personal Marketing JOKOWI kepada anda dilain waktu. Sebelumnya saya sarankan anda untuk seaching atau googelling dengan kata kunci Cara Sukses Personal Marketing JOKOWI sebagai bahan bacaan Anda!

Posting Komentar

 
Top