GuidePedia

0

Oleh : Ayi Muzayini (Founder Istana Mulia Group)

Indahnya Berkenalan dengan Islam Pengalaman hidup penulis di negara Metro Dolar ini sangat berpengaruh besar dalam perjalanan takdir. Al-hamdulillah belajar di Kuwait dapat merubah paradigma penulis tentang Islam. 

Selama ini penulis menganggap Islam itu hanya mencakup syahadat, shalat, zakat, puasa, haji, dan ritual sholawatan, tahlilan dan wirid saja. Islam masih dianggap tidak ada hubungannya dengan ekonomi, politik, sosial, seni, budaya, hankam, hukum, negara dan hubungan internasional. 

Dulu seringkali penulis mencela orang yang tidak membaca kunut dan orang yang shalat tarawih 11 rakaat. Karena dianganggap mereka ingkar sunnah. Bahkan ketika penulis sekolah di madrasah, penulis pernah sangat kecewa sekali dengan seorang aktivis masjid yang melarang teman penulis bergandengan tangan dengan lain jenis. Sehingga penulis nyaris baku hantam dengannya. 

Tapi setelah penulis fahami, ternyata hal itu termasuk pelecehan kehormatan wanita. Seharusnya setiap lelaki menjaga dan memuliakannya, sampai halal dengan akad nikah. Namun persepsi tentang kehormatan pun sepertinya masih kabur dan dikabur-kaburkan untuk kenikmatan sesaat. Sehingga menjadi tantangan kita untuk memperbaikinya secara bijak. Karenanya kita berkewajiban mengarahkan anak-anak muda untuk memahami pentingnya menjaga kehormatan dan aurat. Agar mereka semakin yakin bahwa ketika mereka bersih dan baik akan dipasangkan Allah dengan yang sekufu (selevel). 

Penulis bersyukur telah diperkenalkan dengan Tuhan oleh seorang pemuda cerdas, sholeh, da’i moderat yang terkenal super talenta. Ia berasal dari Bukit Tinggi, Padang Sumatra Barat, dan termasuk salah satu alumni terbaik LIPIA Jakarta. Ia sudah tinggal di negara Kuwait sejak tahun 1992. Ia bernama Irsyad Syafar Buan. Lahir di Padang, tanggal, 18 November 1970, lebih tua dari usia penulis 6 tahun. Saat itu beliau masih kuliah di Haia’ah Islamiyah Kuwait, jurusan Pendidikan Islam. Dari sinilah awal kisah indahnya berbisnis dengan Tuhan. 

Bang Irsyad (begitu beliau disapa) tinggal di sebuah asrama pelajar bernama Kaifan, bangunannya memiliki 10 lantai, bentuknya mirip apartemen. Asrama ini dihuni kurang lebih oleh 75 mahasiswa dari seluruh dunia yang mendapat beasiswa dari kementrian Kuwait. 

Ketika penulis memasuki ruang belajar beliau, penulis terkagum-kagum dengan kaligrafi indah yang menghiasi setiap sudut ruangan, yang dihasilkan tangan talentanya. Tempat tidurnya begitu rapih, buku-bukunya yang berbaris di rakpun tersusun rapih. Kamar mandinya pun bersih dan wangi, tidak seperti kebanyakan kamar mandi anak muda lainnya, yang terkadang tak begitu bersih. Paling mengagumkan penulis adalah prestasi beliau yang sangat baik di Kuwait ini, bahkan sudah mendapat anugerah sebagai mahasiswa teladan dari kementrian. 

Ketika ditanya tentang alasan kenapa beliau begitu rapih, disiplin dan gigih, ia hanya tersenyum dan membacakan hadis Nabi yang berbunyi: ”an-nadzoofatu minal imaan” kebersihan itu sebagian daripada iman. Bang Irsyad sering mengatakan “Bahwa penerapan ajaran Islam bukan hanya sekedar kata, ritual dan teori saja. Tetapi Islam lebih mendorong untuk meningkatkan etos kerja dan amal nyata yang dapat dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. Karena sesungguhnya Islam itu adalah sangat indah untuk dinimati syariatnya oleh setiap manusia”. tuturnya. Orang yang sholeh untuk dirinya saja tidak begitu berarti dibanding dengan orang yang baik dan dapat memperbaiki orang lain. Rasulullah bersabda “ Sebaik-bainya mansuia adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain”(HR.Muslim) 

Sungguh, setiap perjumpaan dengan hamba-hamba Allah, yang pinter, yang bijaksana, yang tua, yang muda, yang berpangkat, yang tidak mementingkan pangkat, yang putih, yang hitam, yang jangkung, yang pendek, yang ramah, yang judes, yang sholeh, yang jahat, yang dermawan, yang pelit, yang tawadhu, yang sombong, yang sederhana, yang rakus, yang santun dan yang tidak, yang berasal dari Asia atau dari Eropa, berasal dari Arab atau dari Melayu, adalah proses yang paling berharga, dalam membentuk pribadi saya dalam mengenal Tuhan. Namun dari sekian banyak sosok manusia yang saya temui, hanya satu yang paling saya kagumi saat itu, yaitu Bang Irsyad. 

Sejak pandangan pertama bulan maret 1993, seminggu setelah sampai di negara Kuwait, saya sudah merasakan kehangatan bersama beliau, baik ketika bersalaman, berkenalan bahkan ketika saat makan bersama. Tutur katanya, akhlaknya, cara berpakaiannya, wawasannya, membuat saya jatuh hati. Penulis bersyukur bisa bertemu dengan Bang Irsyad. Atas nikmat ini penulis dapat istikomah menjadi juru da’wah. Penulis semakin sadar bahwa dengan berda’wah hidup ini akan semakin indah dan semakin berkah. Walau da’wah itu tidak identik dengan ceramah saja. Da’wah bisa dengan tulisan, keterampilan atau seni seperti Habiburrahman.


Mengenal Abang Irsyad Syafar Buan

Sumber Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Irsyad Syafar
Irsyad Syafar Wakil Ketua DPRD Sumbar.jpg
Wakil Ketua DPRD Sumatra Barat
2019–2024
Mulai menjabat
28 Agustus 2019
GubernurIrwan Prayitno
Mahyeldi Ansharullah
Mayoritas18.095 suara[1]
Anggota DPRD Sumatra Barat
2014–2019
Masa jabatan
28 Agustus 2014 – 28 Agustus 2019
Informasi pribadi
Lahir18 November 1970 (umur 51)
Bendera Indonesia Kota Bukittinggi,
Sumatra Barat
Suami/istriMeifolinda Muslim[2]
Anak8
Orang tuaSyafar Buan (ayah)
Darnis Abdullah (ibu)
Almamater
Dikenal karenaPendiri Ar-Risalah

H. Irsyad Syafar, Lc., M.Ed. (lahir 18 November 1970) adalah seorang mubalig, praktisi pendidikan, dan politikus Indonesia. Ia dikenal sebagai pengasuh dan pimpinan Perguruan Islam Ar-RisalahPadang.[3][4] Saat ini, ia menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Sumatra Barat 2019–2024 dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Bersama sejumlah mubalig yang tergabung dalam Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Irsyad aktif menyelenggarakan kegiatan syiar dan tablig Islam di Sumatra Barat.[5] Selain itu, ia terlibat dalam kepengurusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak 2005 dan mengetuai Ketua Komite Nasional Untuk Rakyat Palestina (KNRP) periode 2011–2016.

Kehidupan awal dan pendidikan[sunting | sunting sumber]

Irsyad kecil dibesarkan di Nagari Koto Nan IVKota Payakumbuh. Berprestasi sebagai juara kelas hingga juara umum sewaktu SD dan MTs, Irsyad mendapat beasiswa di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) di Koto BaruPadang Panjang.[a] Tamat dari MAPK, ia mendaftarkan diri masuk ke sekolah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di Jakarta. Sambil kuliah, ia mengikuti sejumlah tes yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mendapatkan beasiswa perkuliahan di Timur Tengah dan lulus.[6]

Tamat dari LIPIA pada 1993, ia masuk kuliah di Institut Pendidikan dan Pelatihan Kuwait. Namun, pemberangkatannya sempat tertunda dua kali karena konflik antara Iraq dengan Kuwait dan Perang Teluk. Selama di Kuwait, ia menggerakkan sejumlah organisasi pelajar Indonesia. Ia sempat menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Kuwait. Pada 1997, ia menyelesaikan kuliahnya dengan predikat kelulusan summa cum laude dan menjadi "Mahasiswa Terbaik". Ia mendapat beasiswa dari pemerintah Kuwait untuk melanjutkan S-2 di Universitas Kairo. Irsyad lulus pada 2003.[6]

Ar-Risalah[sunting | sunting sumber]

Tamat dari Universitas Kairo, Irsyad kembali ke Sumatra Barat, tampil sebagai salah seorang inisiator lembaga pendidikan Islam Ar-Risalah yang terwujud lewat berdirinya Yayasan Wakaf Ar-Risalah pada 23 Juni 2003. Dibuka pertama kali di Cupak, Gunung Talang, SolokPerguruan Islam Ar-Risalah fokus dalam pengembangan pendidikan dengan pola asrama. Sejak 2009, karena keterbatasan lahan, kegiatan belajar mengajar untuk setiap jenjang pendidikan perguruan dipindahkan ke Padang. Saat ini, Ar-Risalah telah berkembang menjadi perguruan dengan jenjang pendidikan PAUD, RA, SD, SMP, dan MA.[7][3]

Politikus[sunting | sunting sumber]

Bergiat di sejumlah organisasi selama kuliah, Irsyad awalnya bergabung dengan PKS di Mesir. Kembali ke Tanah Air, ia diamanahi sebagai Ketua Dewan Syariah Wilayah (DSW) PKS Sumatra Barat sejak 2005 sampai digantikan Muhammad Yasin pada 2013. Sejak 2015, ia diamanahkan sebagai Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) PKS Sumatra Barat.[8]

Pemilihan umum legislatif 2014 dan 2019 mengantarnya duduk di DPRD Sumatra Barat mewakili daerah pemilihan Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota.[9]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Keterangan
  1. ^ MAPK Padang Panjang berada satu kompleks dengan MAN Koto Baru. MAPK hanya ada lima di Indonesia, yang programnya dimulai pada era Menteri Agama Munawir Sjadzali.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Jabatan politik
Didahului oleh:
Wakil Ketua DPRD Sumatra Barat
2019–2024
Diteruskan oleh:
Jabatan partai politik
Didahului oleh:
Trinda Farhan Satria, MT
Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) PKS
Sumatra Barat

2015–2020
Diteruskan oleh:
Mahyeldi Ansharullah, SP
Jabatan organisasi Islam
Didahului oleh:
Ketua Komite Nasional Untuk Rakyat Palestina (KNRP)
Sumatra Barat

2011—2016
Diteruskan oleh:
Ulyadi Yesmar, MA

Posting Komentar

 
Top