GuidePedia

0

The Seven Islamic Habits


Mukaddimah

Di masyarakat banyak sekali amalan-amalan mulia yang sudah sejak lama mentradisi. Banyak orang yang mengamalkan doa dan dzikir pagi dan petang. Mereka membacanya setelah shalat subuh dan shalat Maghrib. Di masyarakat Betawi; ada yang biasa baca yasinan pada malam jum’at, dan ada yang membacanya pada jum’at pagi ba’da shalat subuh. Dan kita sering mendengar pembawa acara mengajak kita bersama-sama untuk membaca surat al-fatihah untuk kita hadiahkan kepada orang yang sudah meninggal dunia atau orang yang sedang sakit dan seterusnya.

Namun amalan-amalan mulia tersebut terkesan mulai kehilangan makna aslinya. Dzikir pagi dan petang yang menyuratkan dan menyiratkan pesan evaluasi diri seorang muslim akan pekerjaan hariannya hanya dijadikan wirid setelah wirid setelah shalat. Al-fatihah surat yang teragung itu terkesan hanya dipakai untuk mengirim hadiah kepada orang-orang yang sudah meninggal dunia. Begitu juga dengan surah Yasin yang kandungannya begitu hebat, kin lebih terkesan dijadikan surat untuk seremonial atau untuk orang yang sedang sekarat saja.

Apakah ajaran Islam memang seperti itu? Apakah praktek keberagamaan hanya untuk mengumpulkan pahala akhirat?

Jawabannya adalah bahwa ajaran Islam tidak sekadar bekal buat akhirat, tetapi di dalamnya terdapat kunci-kunci pengantar sukses, ilmu dan peradaban, akhlaq dan etika serta estetika, membawa umatnya tidak sekadar bahagia diakhiratnya kelak, tapi juga memberikan kebahagiaan di dunia, kesuksesan dalam bekerja dan berkarya serta mampu menjadi pemimpin dunia.

Karena itulah kita selalu diminta oleh Allah untuk berdoa kepada Allah tidak sekadar kebahagiaan di dunia namun juga meminta kepada akhirat. Allah SWT berfirman:
“Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia”, dan Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka” (Al-Baqarah:200-201)

Dan untuk menuju kebahagiaan akhirat harus melalui jalan yang telah disediakan di dunia dan tidak melupakannya. Allah berfirman:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Al-Qasahash:77)

Dan di antara ajaran Islam yang disampaikan Allah melalui wahyu-Nya danoleh Nabi saw melalui haditsnya, akan kita dapatkan lautan ilmu dan pengetahuan, akhlaq dan syariat, serta aturan yang dapat dijadikan sebagai pegangan hidup menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Dan surat Al-fatihah adalah salah satu surat yang Allah turunkan untuk umatnya, laksana samudra yang tidak pernah kering untuk digali mutiara-mutiaranya. Di dalamnya terdapat beribu hikmah yang tidak mungkin bisa ditangkap semua dimensinya oleh satu dua orang atau bahkan ribuan orang. Al-fatihah, memiliki banyak multi dimensi yang gemerlap dari semua sisinya. Bukan sekadar bacaan yang kita ulang sebanyak 17 kali dalam sehari semalam, atau lebih dari itu, bukan sekadar suguhan hadiah yang dipersembahkan oleh yang masih hidup kepada yang sudah meninggal, atau yang sehat kepada yang sedang menderita sakit dan lain sebagainya. Namun al-fatihah merupakan surat paling agung yang diturunkan Allah kepada manusia. Dari namanya yang beragam mengisyaratkan akan keistimewaan dan kelebihannya; ummul kitab, ummul qur’an, al-kafiyah, as-syifa, as-sab’ul matsani, al-qur’an al-azhim.

Tujuh aktivitas (kebiasaan) Islami sehari-hari, yang coba diambil dari surat Al-Fatihah juga menjadi bagian yang perlu kita perhatikan, sehingga dengan demikian dapat menjadi bagian dari akhlaq yang membimbing kita ke jalan yang lurus dan baik di dunia dan akhirat.

Dan umat tidak boleh terlepas dari 7 kebiasaan ini sebagaimana ia tidak boleh lupa dan alpa apalagi tidak melakukannya untuk membaca Al-Fatihah pada saat mendirikan shalat. Dari surat al-fatihah dapat kita ambil pelajaran akan tujuh prinsip dasar seorang muslim dalam bekerja dan berkarya serta menjalani kehidupannya sehari-hari. Dan tujuh prinsip ini pula yang menggabungkan tiga kecerdasan dasar manusia; yaitu spiritual, intelektual dan emosional. Yang dapat disingkat dengan B5KB;

1. Bismillah dalam memulai setiap pekerjaan,
2. Bersyukur atas segala nikmat yang diterima,
3. Berfikir positif terhadap Allah dan berkasih sayang terhadap sesama,
4. Berorientasi akhirat, 5. Bahagiakan hidup dengan ibadah dan doa,
6. Konsisten dalam komitmen,
7. Bercermin.

Rasulullah saw memahami betul akan kehebatan Al-Fatihah. Karenanya, beliau sangat antusias mengajarkannya kepada para sahabat. Keseriusan Nabi saw mengajarkan Al-fatihah tampak dari rentang waktu beliau mensosialisasikan dan mengajarkan maknanya. Meskipun surat ini diturunkan di Mekah, tetap beliau tetap mengingatkan makna keagungan surat ini hingga periode Madinah.

Di antara hadits-hadits yang menjelaskan antusiasme Rasulullah saw mengajarkan surat ini adalah:

Dari Abu Sa’id Al-Mu’alla berkata: Aku tengah shalat di masjid, lalu Rasulullah saw memanggilku, dan akupun menjawab panggilan beliau. Aku berkata: Ya Rasulullah, tadi aku sedang shalat. Beliau berkata: Bukankah Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu”. Kemudian beliau berkata kepadaku:

“Aku sungguh akan mengajarkan kepadamu suatu surat yang paling agung dalam Al-Qur’an sebelum kamu keluar dari masjid”. Kemudian beliau memegang tanganku. Ketika beliau ingin keluar, aku berkata kepadanya: bukankah Engkau berkata akan mengajarkan
kepadaku suatu surat yang paling agung dalam Al-Qur’an? Beliau berkata: Al-hamdulillah Rabbi al-alamin”, ia adalah tujuah ayat yang berulang dan Al-Quran yang agung yang dianugerahkan kepadaku. (Bukhari)

Dari Abu Hurairah dari Ubay bin Ka’ab berkata, Rasulullah saw bersabda: “Allah tidak pernah menurunkan di dalam Taurat maupun di dalam injil seperti ulumul Qur’an. Ia adalah tujuh ayat yang berulang, ia terbagi dua, antara Allah dengan hamba-Nya dan bagi hamba-hamba-Nya tergantung apa dia minta”. (Tirmidzi).

Sebelum kita memasuki kajian tentang 7 Kebiasaan Islami Sehari-hari dalam surat Al-Fatihah, ada baiknya kita mengenal lebih dahulu tentang surat al-fatihah itu sendiri:
* Surat ini terdiri atas 7 ayat.
* Termasuk surat-surat Makkiyah, termasuk surat yang pertama kali diturunkan secara lengkap.
* Dinamakan “al-fatihah” yang artinya pembuka, karena merupakan dari surat-surat yang lainnya. Bahkan umat islam juga banyak menjadikannya sebagai pembuka setiap acara atau kegiatan.

Pokok-pokok isi kandungan surat al-fatihah
* IMAN = 1-4 (mengandung keimanan kepada Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Pencipta, Pemberi Rizki, Pengatur alam dan Allah yang Memiliki kerajaan dan hari pembalasan
* IBADAH DAN DOA = 5 (mengandung ungkapan ikhlas hanya kepada Allah manusia beribadah, berserah diri dan mengabdi serta bertawakkal dan berdo’a.
* HUKUM-HUKUM = 6 (mengandung petunjuk jalan kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat)

* KISAH-KISAH = 7 (mengandung kisah umat terdahulu; 1. umat yang beriman, 2. umat yang dimurkai (Yahudi) dan 3. umat yang tersesat (Nasrani).
Catatan: Tulisan ini merupakan ringkasan dari sebuah buku yang ditulis oleh Al-Mukarram Ust. Harjani Hefni, dengan judul The Seven Islamic Daily Habits, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan pahala dari apa yang telah beliau sumbangkan, dan semoga tulisan ini menjadi sarana menyebarkan dan mensosialisasikan tulisan yang sangat bermanfaat ini. (Abu Ahmad)

Pesan Buku ini 021-95209651 (kamal) Biaya Cetak dan Investasi Rp.65.000 sudah ongkos kirim

Posting Komentar

 
Top