GuidePedia

0
Bisnis yang Pasti Untung!

Belajar Berbisnis dari Usia Dini ?

Persahabatan dengan H. Suwiknyo, mantan pemulung yang sukses menjadi miliyarder dalam waktu 3 tahun, memotivasi saya untuk lebih serius mengenal bisnis. Karenanya perbincangan seputar bisnis ini akan sangat menarik. Apalagi yang akan dikupas bukan hanya cara berbisnis untuk dunia saja, tetapi bisnis yang akan menjadikan manusia untung dan kaya raya dunia dan akhirat. Sungguh saya ingin semua orang bisa sukses, dan saya yakin semua orang sangat berpeluang untuk sukses. “Be No 1 In Your Business” demikian kata Blair Singer (2004). Penulis seri Rich Dad’s Advisor. Semua manusia di dunia mampu untuk menjadi yang terbaik dalam bisnis.

Sejak kecil saya bertekad untuk menjadi komunitas tangan di atas. Komunitas yang dapat menyelamatkan dan mensejahterakan dunia dengan berbisnis bersama Tuhan.Karenanya saya mulai berbisnis sejak usia 10 tahun. Saat itu saya berjualan sayur mayur dan buah-buahan. Walau saat itu saya belum mengerti istilah-istilah penjualan modern, seperti: Marketing plan, marketing mix, main share, market share, triangle marketing, dll. Namun, saya sudah cukup mengerti laba dan rugi dalam berdagang.
Setiap sore, saya berkeliling kampung untuk menjual hasil tani ibu. Dari hasil penjualan itu saya sisihkan untuk membeli ‘kitab kuning’ di Madrasah Diniyyah, seperti: Kitab jurumiyah, Safiinatunnajaah, Tafsir Jalalain, dll, sisanya, saya simpan untuk pembayaran SPP sekolah yang masih nunggak, dan untuk membeli buku pelajaran yang saat itu terasa sangat mahal. Saya ingin sekali membantu ibu dan mengurangi beban berat hidupnya.

Saat berjualan diwaktu kecil, saya belum faham, bahwa ketepatan dalam menentukan segmen pasar dan fokus area dalam bisnis adalah keniscayaan dalam mencapai profit. Ketika itu saya hanya mengerti bahwa saya harus berjualan kepada warga kampung Mariuk, desa Bantar Panjang, kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, yaitu tanah kelahiran saya, yang kebetulan kondisi finansial masyarakatnya masih terbatas. Kehidupan masyarakat di sana masih jauh dari sejahtera, bahkan ada beberapa penduduk yang mati karena busung lapar.

Saat itu, saya tidak ingat persis berapa modal dan investasi yang dikeluarkan oleh ibu saya. Hal yang masih saya ingat adalah, bahwa saat itu saya harus menjajakan kurang lebih 5 kilo gram ketimun, 10 ikat sawi, dan 15 ikat kacang panjang, yang ditargetkan habis setiap harinya. Jika terjual, maka saya mendapat margin Rp.100,- dari setiap ikatnya. Tapi jika tidak terjual, maka saya hanya mendapat profit sharing 1 ikat sawi dan 1 ikat timun, yang diinvestasikan untuk dijual pada hari berikutnya.

Pada saat itu, saya sangat senang berniaga, apalagi jika semuanya habis terjual, saya akan mengantongi keuntungan sekitar Rp. 1.500. Pada tahun 1985 uang sejumlah itu begitu berharga bagi saya. Walau terkadang para konsumen yang saya temui membarter sayuran dengan telur ayam, atau ada juga di antara mereka yang gemar berhutang. Bahkan, ada juga yang sampai tidak membayarnya. Semuanya menjadi hikmah yang sangat luar biasa ketika saya semakin dewasa.

Kebiasaan bertemu dan bertransaksi aktif dengan banyak orang sejak kecil sangat bermanfaat dalam membangun mental dan keberanian. Dengan modal itu menjadikan saya siap bertemu dan bersahabat dengan siapa saja. Berteman dengan Bang Oleng tukang ojek Ciledug sampai Menteri bahkan pimpinan MPR RI atau presiden. Pada tahun 1996 saya diminta untuk ikut mengisi seminar di Kuala Lumpur Malaysia oleh Persatuan Pelajar Melayu Kuwait (PPMK). Tawaran itu saya terima dengan senang hati dan acara berjalan dengan baik, padahal usia saya masih 19 tahun. Pada tahun 2005 saya juga diminta Salmin Dja’far dan Ahmad Heriyawan (sekarang gubernur Jawa Barat), untuk ikut berbisnis dan memimpin perusahaannya. Tawaran itu saya sambut dengan kedua tangan terbuka, walaupun usia saya masih 27 tahun.

Begitu besar hikmah dari kebiasaan berbisnis sejak usia dini. Mayoritas pebisnis sukses yang menguasai perekonomian dunia ini, sudah dididik dan mendidik anak-anak mereka berbisnis sejak kecil. Maka sangat penting mengikuti jejak mereka yang sukses. Bahkan Rasulullah telah menegaskan sejak 14 abad yang lalu “Carilah ilmu walau sampai negeri China”. (HR. Ibnu Majah)

Mengapa kita harus belajar berbisnis sejak dini? Kegiatan berbisnis sejatinya sudah kita lakukan dalam kehidupan setiap harinya. Dari mulai bangun tidur sampai kita tidur kembali. Dari kita terlahir ke dunia sampai kita kembali ke liang lahat. Semua itu tidak ada yang terlepas dari kegiatan berbisnis.

Segala jenis benda seperti: jarum, jam tangan, jam dinding, sabun mandi, sabun cuci, sendok, teko, panci, motor, mobil, pesawat, baju yang kita pakai, rumah yang kita diami, bahkan kain kafan yang akan membungkus kita di liang lahat nanti. Semuanya tak ada yang tidak melalui siklus bisnis. Ada yang menyiapkan formula, ada yang menyediakan bahan baku, ada yang memproduksi, ada yang mendistribusi, ada yang mempromosikan, ada yang menjual, ada yang membeli. Hasilnya, ada yang kadang mendapat manfaat, ada yang selalu mujur, ada juga yang kadang tertipu, ada yang mendapat untung dan ada juga yang rugi. Ada yang sukses dan ada yang gagal, Ada yang bisnisnya berkembang pesat, ada juga yang berada dalam posisi bangkrut.

Inilah warna kehidupan yang harus dijalani manusia. Semua itu diciptakan oleh Allah untuk menjaring hamba-hamba-Nya yang unggul. Agar manusia menjadi manusia yang mau bertransaksi dengan Tuhan. Mau berbuat baik dengan sesama manusia. Menjadi pemelihara ciptaan Allah SWT. Karenanya setiap manusia berpotensi untuk sukses melakukan bisnis. Maka jadilah Anda pebisnis yang terbaik, di mata manusia atupun di mata Allah SWT. Bisnis untuk menanam padi bukan menanam rumput. Orientasi kita bukan hanya berbisnis untuk keuntungan dunia saja tapi bisnis untuk meraih kekayaan dan kebahagian dunia serta akhirat.


The Buying and Selling of Goods and Service

Apa yang dimaksud dengan bisnis? Dalam beberapa referensi, saya menemukan beberapa arti dari makna bisnis. Anoraga (1996) mengartikan bahwa bisnis memiliki makna dasar sebagai ‘’The buying and selling of goods and service”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, bisnis diartikan sebagai usaha dagang, usaha komersial di dunia perdagangan.

Pakar bisnis, Skinner (1992), mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat antara satu dengan yang lain. Sementara Attner (1994) mengatakan, bisnis adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh keuntungan.

Allah SWT telah menjelaskan dengan sangat jelas, tentang perintah dan cara bermu’amalah ini. Ayat-ayat Al-Qur’an ini menjadi rujukan kita dalam Fiqh Mu’amalah (fiqh berniaga).

”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan jemputlah karunia Allah (berbisnis) dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat bisnis (perniagaan) atau permainan yang menggiurkan, mereka bubar (lupa dengan Shalat) dan sibuk dengan dagangannya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki”.
(QS. Al-Jumu’ah (62):10-11).

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu berbisnis (saling memakan harta) sesama kamu dengan jalan yang bathil (curang), kecuali dengan jalan berbisnis (perniagaan) suka sama-suka (ridho sama ridho) di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh (menyakiti) dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
(QS. An-Nisaa (4): 29).

Islam, sejak diturunkan oleh Allah SWT sudah menetapkan panduan berbisnis yang halal dan thoyyib (baik). Dengannya dapat membentuk spritual entrepeneur yang melibatkan kesertaan penuh Sang Maha Pencipta dan Maha Pemberi dalam setiap aktivitas bisnisnya. Menjadikan pakem halal dan haram diposisi nomor wahid (satu). Keberanian menjadikan Tuhan sebagai accounting. Mengaplikasikan cara-cara elegan dalam format spiritual sebagai fondasi manajmen usahanya.

“Orang-orang yang makan mengambil riba (bunga) tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-Baqarah (2) :275).


Mengapa Berbisnis dengan Tuhan itu Indah?

Mungkin terlintas pertanyaan Anda, “Mengapa penulis harus memilih judul Indahnya Berbisnis Dengan Tuhan?” Pembaca yang budiman,... judul ini dipilih bukan hanya The unique of selling proposition, prospektus khas Tuhan yang terasa sangat dahsyat dan menentramkan jiwa. Namun judul ini mengekspresikan keyakinan penuh, bahwa tidak ada bisnis di dunia ini yang sudah ada garansi 100% pasti untung dan mampu menjauhkan pelakunya dari kebangkrutan dan siksaan yang sangat pedih kecuali berbisnis dengan Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Kaya Raya. Bisnis bersama Dzat yang mampu menghadirkan semua kekayaan, keajaiban, keindahan, kenikmatan dan keberkahan tanpa batas.

”Dia-lah Allah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah. (QS. al-fath (48) 4-5).

Berbisnis dengan Tuhan adalah the special business word. Transaksi bisnis yang sangat indah dan istimewa. Baik istimewa produknya, promosinya, tujuannya, proses barternya, sarananya, MOU-nya, servisnya atau profitnya. Bisnis yang selalu berpijak dari Tuhan, bersama Tuhan dan diorientasikan untuk Tuhan. Upaya menjadikan shalat, pengorbanan, ibadah, mu’amalah, hidup, dan mati hanya untuk Allah. Sejatinya, konsep berbisnis dengan Tuhan, sudah diumumkan Allah sejak turunnya kitab suci kepada para Nabi dan Rasul.

“Dan di antara manusia ada orang yang berbisnis dengan Tuhan-nya (mengorbankan jiwanya), karena hendak mencari keridhoan Allah, dan sesungguhnya Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”.
(QS. Al-Baqarah (2): 207).

Bisnis ini memberikan kekuatan sangat dahsyat, yang akan mampu mendongkrak dan merevolusi kondisi kehidupan manusia. Pelaku bisnisnya akan mendapatkan garansi dari Allah SWT, The Owner dari segala kekayaan. Dia akan memberkahi hidup pelakunya, diuntungkan dalam berbisnisnya, dimenangkan dalam perjuangannya, diampuni dosanya, dan dimasukkan ke dalam surga-Nya.

Prospektus bisnis luar biasa ini sudah dipatenkan oleh Allah SWT dalam surat Ash-Shaff (61) ayat 10-13. Allah dengan tegas telah mewajibkan setiap orang yang beriman untuk berbisnis dengan-Nya. Jika tidak, maka Allah mengancam manusia dengan azab yang sangat pedih. Sebaliknya, bagi siapapun yang mampu melakukan bisnis itu dengan tepat, maka Allah tak segan-segan akan memberikan ampunan, surga, istana, dan kemenangan yang dekat.

”Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu bisnis (perniagaan) yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah (surga) yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman”. (QS.Ash-Shaf (61) : 10-13).

Allah sangat senang mengkaruniakan segala yang terbaik kepada manusia, karena Allah Maha Kaya. Kekuasan-Nya tidak akan pernah berkurang sedikitpun ketika Dia memberikan nikmat apapun dan rezeki sebanyak apapun kepada seluruh makhluk yang ada di jagad raya ini.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.(QS.Al-Araaf(7):96).


Anda Penjual Produk, Tuhan Pembelinya

Dalam berbisnis dengan Tuhan, manusia diposisikan sebagai penjual produk-produk. Anda menjual produk, kemudian Allah akan melihat, memilih, menimbang, memutuskan dan membarter (membeli) setiap produk yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan-Nya. Jika produk kita berkualitas maka Allah akan lipat gandakan 10 sampai 700 kali lipat bahkan profit yang tidak terbatas. Jika produknya buruk maka Allah akan memberikan balasan yang sama dengan produk yang dijual manusia.

Allah memberikan peluang yang besar kepada seluruh manusia untuk menjadi penjual yang hebat. Maka mulailah kita berbisnis dari sekarang! Mari, Jadikan hidup ini kaya raya dengan cara yang halal dan thoyyib. Perbanyak memberi sesama sebagai amal ibadah, pertinggi intensitas kedekatan kepada-Nya dengan bekerja, berdzikir dan berdo’a. Sebarkan kedamaian Islam. Jadilah kita hamba yang penuh pesona dalam akhlak, ibadah dan mu’amalah! Mulailah dari saat ini, sebelum Ruh berhenti bermukim di dada kita dan sebelum tanah merah menghimpit jasad kita! Karena jika sakaratul maut telah menjemput Ruh, maka terputuslah semua peluang amal kita.

“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan”.
(QS Ar Ruum (30):40).

Sesungguhnya kekayaan, pertolongan, kemenangan, kesejahteraan, kegembiraan, kesuksesan dan kebahagiaan, merupakan milik Allah. Maka berlarilah kepada Allah. Rayu dan datangi Allah setiap saat. Agar kita terhindar dari fakir harta dan miskin bahagia. Lihatlah bahwa dalam realita keseharian, acapkali kita menyaksikan banyak orang miskin kebahagiaan. Keseharian mereka selalu dipenuhi rasa sedih, pilu, dan keluh kesah yang tiada henti. Diantara mereka, ada kesempitan yang mendalam di balik luas rumahnya. Tamannya yang luas dan indah sepertinya tidak pernah meluaskan hatinya. Ada perasaan sepi di balik tawa riang sahabat-sahabatnya. Ada kepedihan di balik limpahan hartanya. Jabatannya yang tinggi pun hanya menjadi pelarian kesehariannya saja.

“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain”.
(QS. Al An’aam (6):6)

Maka dekatilah Allah! Karena Dia Yang Maha Tahu segala hal yang layak buat manusia. Mendekatinya, berarti membuka pintu rahmat-Nya dan peluang menjadikan kita kaya dengan sifat-sifat terpuji seperti yang diinginkan-Nya.

“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan. Dan tidak ada suatu ayatpun dari ayat-ayatTuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu berpaling dari padanya (mendustakannya. Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang haq (Al-Quran) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan”. (QS. Al-An’aam (6) :1-3)

Ingatlah, kemenangan tidak datang begitu saja kepada seseorang. Manusia harus menjemputnya di setiap kesempatan. Namun, kerasnya usaha manusia dalam mengejar kesuksesan tidak mutlak harus berbalas dengan kemenangan seperti yang mereka inginkan. Hanya manusia tertentu saja yang bisa mencapai kemenangan sejati. Yaitu manusia yang mampu menghadirkan Tuhan di setiap kondisi apapun. Manusia yang hanya memenuhi ruhnya dengan menghadirkan wajah Allah di sanubarinya. Keberadaan Allah yang tak terlihat oleh manusia dijadikannya sebagai bukti kebesaran Allah yang harus disibak, untuk terus didekatinya.
Orang-orang seperti itu akan selalu merasa diawasi Allah, menjadikan Muhammad dan sahabat-sahabatnya yang shalih sebagai model, agar akhlak mereka tetap sesuai dengan kehendak Allah dan sunnah rasul-Nya. Jika manusia, semakin berani untuk berjuang di jalan Allah, maka tunggulah kemenangannya. Baik cepat atau lambat, maka kemenangan dan kekayaan akan menjadi miliknya.

“Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”. (QS. Ar-Ra’d (13) :26)


Bisnis dari Allah dan Untuk Allah

Setiap manusia akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Jika mereka mampu berniaga dengan Allah dengan perniagaan yang indah. Bisnis yang disertai keyakinan dan amal sholeh, yang berlandaskan kepada ‘Hidup dari Allah SWT, hidup bersama Allah dan hidup untuk Allah SWT’.

Menghadirkan keyakinan bahwa hidup Anda berasal dari Allah akan menyebabkan ketenangan jiwa dan ketenteraman hati. Anda akan senantiasa berpikir positif dan mampu menarik energi kebaikan yang ada di alam raya ini. Anda akan selalu berkata positif dan bekerja aktif. Hal inilah yang akan membuka peluang terbukanya gapura karunia dan gerbang rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Sementara, keyakinan yang rendah terhadap Allah SWT, akan menimbulkan ketidakpastian, was-was, ragu dan kesesatan yang nyata dalam menjalani kehidupan. Mereka bergantung kepada selain Allah, bukan bergantung kepada pencipta dan Penguasa alam semesta ini. Bagaimana mereka akan diberikan keberkahan dan kebaikan, jika mereka masih meyakini kekuatan dan kekuasaan selain Allah.

Bukankah kita sering berujar dan menyenandungkan “Laa haula walaa quwwata illaa billah” yang berarti bahwa tidak ada kekuatan dan kekuasaan kecuali dari Allah. Kosnsekwensinya kita harus hidup bersama Allah SWT dengan kayakinan teguh bahwa hanya Allah-lah Dzat yang paling berkuasa di kehidupan ini, tak ada kekuatan yang dahsyat yang bisa menandingi dan melebihi kekuatan-Nya. Semuanya pasti binasa dan punah, jika Allah berkehendak menghancurkannya dalam sekejap mata.

Kehidupan bersama Allah, artinya kita meyakini Al-Islam sebagai way of life dan menjalankan kehidupan ini sesuai dengan peta yang diinginkan Allah SWT. Kita sadar bahwa kita telah diproduksi oleh Allah, maka yang tahu kemana dan bagaimana arah kehidupan Anda yang benar dan lurus, adalah Allah SWT.

Kita diingatkan Allah dalam surat al-fatihah untuk selalu berdo’a: “Ihdinashshiraathal mustaqiim, siraathal ladziina an’amta ‘alaihim ghairil magduubi ‘alaihim waladhaalliin”. Ya Allah tunjukkanlah kami ke jalan Islam yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan dan jangan pernah aku ditunjukkan kejalan orang Yahudi yang Engkau murkai, mereka yang mengetahui kebenaran, tetapi mereka ingkar dan memeranginya. Ya Allah jangan tunjukkan kami jalan orang-orang yang salah mengabdi dan menyembah-Mu, yang menjadikan sekutu-sekutu selain Engkau. Jauhkanlah hamba-Mu ini dari jalan orang yang meyakini bahwa Engkau memiliki anak, memiliki istri, dan memiliki keterbatasan. Maha Suci Allah dari apa yang diyakini oleh orang yang sudah disesatkan. Karena sesungguhnya Engkau Maha Tunggal dari semua dimensi-Mu.

“Katakanlah ya Muahammad, bahwa Allah itu Maha Tunggal, Tempat bergantung dan hanya bergantung pada diri-Nya. Tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dan tidak ada satupun makhluk yang dapat menyerupai-Nya. (QS. Al-Ikhlas (111): 1-4)

Sesungguhnya, kesuksesan dan kegagalan adalah hal biasa dalam kehidupan. Setiap kesuksesan adalah ujian dan sebuah kegagalan merupakan bumbu kehidupan. Hidup adalah karunia Allah yang sangat istimewa, maka nikmatilah dengan apa yang diinginkan Allah. Semuanya itu pasti indah dan berkah.

Ketahuilah, jika kehidupan Anda ingin terus bertambah istimewa, maka apapun yang Anda harapkan dan Anda perbuat hendaklah berorientasi kepada Allah SWT. Hidup untuk Allah dan untuk meraih cinta dan ridho Allah. Karena sesungguhnya, Anda akan mendapatkan apa yang Anda inginkan, jika Anda selalu mempersembahkan sesuatunya, hanya kepada Dzat Yang Maha Memiliki Segalanya. Semua pilihan ada ditangan Anda. Hidup untuk Allah atau untuk yang lainnya?


Lupa dengan Tuhan,
Berarti Dekat dengan Kehancuran!

Dalam Al-Qur’an, Allah telah merekam kehancuran orang-orang yang lupa dengan Tuhan, sebut saja Karun dengan jutaan ton emas dan ribuan butir mutiaranya. Ia ditenggelamkan oleh Allah SWT bersama harta, kecongkakan, kepelitan, kelalaian dalam mengabdi kepada Allah dan keengganannya berbuat baik kepada sesama manusia.

Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. (QS. Al Qashash (28):76)

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash (28):77)

Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (QS. Al Qashash (28):81)


Raihlah Balasan Terbaik dari Allah SWT!

Indah dan berkahnya hidup untuk orang-orang yang selalu yakin dengan Allah. Inilah piala paling istimewa, yang akan diterima manusia yang istikomah dalam mempersembahkan hidup dan matinya hanya untuk berbisnis dengan Tuhan Semesta Alam. Berbisnis yang akan menuntun Anda, memahami hakikat kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Yang bisa mengarahkan Anda agar tidak takut dan bersedih. Karena sesuatu yang mesti kita takuti hanyalah Allah. Jika kita hanya takut kepada Allah, maka tunggulah cinta-Nya, maharnya berupa surga ‘Adn!.

“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan merekapun ridho kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”. (QS.Al-Bayiinah (98) : 8).

Diantara ribuan peluang dan kesempatan, di sana ada kesuksesan, namun dikelilingi dengan kegagalan. Ambil kesempatan dan peluang tersebut, biarkan Anda gagal dalam proses menemukan kesuksesan tersebut. Kerena setiap kegagalan yang Anda buat adalah anak tangga Anda menuju puncak, yaitu sukses. Setiap kegagalan yang Anda temukan, memberikan arah yang jelas menuju sukses.

Dan siapa saja diantara kamu sekalian, tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang shalih, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezki yang mulia’.
(QS. Al-Ahzab (33):31).


Siapakah Mereka yang Beruntung?
(dari QS. Al-Baqoroh (2) :1-5)
1. Tidak ragu dengan Al-Qur’an
2. Beriman dengan yang Ghaib
3. Mendirikan Sholat
4. Bersedekah dengan harta yang paling dicintai
5. Yakin dengan yang diturunkan Allah (takdir Allah)
6. Beriman dengan hari akhir (Qiyamat)






Agar Bisnis Lebih Indah dan Lebih Berkah

Pada suatu hari, pertengahan bulan Maret 2008, saya dan mertua sedang menuju kantor Imigrasi Jakarta Selatan. Rencananya kami akan membuat pasport untuk pergi umroh tanggal 23 April 2008. Mertua saya bernama H. Hapas (71 th), tinggal di Petukangan Utara Jakarta Selatan. Badannya masih sehat dan kuat. Bahkan ia masih mampu mengemudikan mobil dari Jakarta menuju Sukabumi. Maklum ia rajin berolahraga dan senantiasa memakan dan meminum yang organik. “Saya tidak pernah membiasakan minum yang berwarna, saya lebih yakin dan percaya yang alami yang diciptakan Allah.” Tuturnya mantap.

Sepanjang perjalanan menuju kantor Imigrasi. Ia mengisahkan perjalanan hidupnya, yang penuh suka dan duka. Dari mulai ia hidup sebagai petapa, tukang jahit kaos singlet yang tinggal di rumah bedeng, sampai ia menjadi penjaga mushola dan akhirnya menjadi ‘Juragan Kontrakan’. Masa mudanya ia lalui dengan banyak berguru ke dukun dan para normal terkenal. Ia sering mengadakan semedi atau bertapa selama empat puluh hari empat puluh malam. Namun semakin bertambah dukun yang didatanginya justru semakin terpuruk dan sengsara kehidupannya. “Dukun itu hanya penipu, sudah saya temukan rahasia mereka yang menggantungkan rezekinya kepada orang yang percaya dengan bualannya. Mereka sebenarnya salalu bimbang dan ragu dengan ucapannya. Bahkan ia tidak mengetahui cara bagaimana anaknya sukses. Apatahlagi untuk kesuksesan orang lain”. Tuturnya dengan nada sedih dan penuh penyesalan.

H.Hapas adalah anak kedua dari 4 bersaudara, 2 laki-laki dan 2 perempuan. Sejak dikaruniai anak kembar ia mulai mencoba meninggalkan semua ilmu-ilmu hitamnya dan mulai mendekat dengan Rumah Allah. Awalnya tantangan hidup bertambah berat. Namun setelah ia lalui dengan penuh kesabaran dan keprihatinan. Ia mulai bangkit dan maju. Sebagian waktu malamnya ia gunakan untuk menjahit kaos singlet dan pagi harinya menjualnya di pasar Cipulir. Dzuhur ia sudah berada di mushola untuk sholat dan berdzikir.

H Hapas dan ke tujuh putra putrinya hidup di rumah bedeng, dengan sekat-sekat triplek yang sudah rapuh. Siang hari ruangan akan terasa sangat panas, dan malam harinya terasa sangat pengap. Namun kehidupannya berubah total, semenjak tahun 1992. Beliau dan istrinya mampu menunaikan haji, mampu membangun rumah dengan ukuran tidak kurang dari 800 m2, memiliki tanah luas, bonusnya 27 buah rumah kontrakan dan beberapa toko. Kini, ketujuh putra-putrinya telah menikah dan telah memiliki usaha, rumah dan kendaraan masing-masing.

Perbincangan semakin menarik, terutama ketika beliau mengungkapkan tentang rahasia kesuksesannya. Beliau menuturkan bahwa ada enam hal yang menurutnya mampu merubah hidupnya menjadi lebih berkah. Pertama, adalah jauh dari kemusyrikan, dukun, sihir dan paranormal. Mereka adalah musuh Allah dan musuh semua kebaikan. Maka tiada cara untuk dekat dengan Allah, kecuali kita harus jauh dari mereka.

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
(QS.Al-Maidah (5):90)

Kedua, kebiasaan pergi ke pasar pada pagi hari, beliau tidak pernah tidur disaat malaikat rahmat dan malaikat rezeki menebar anugerah Allah SWT. Dia berdagang dan menjemput rezeki dengan semangat dan penuh yakin akan pertolongan Allah SWT. Ketiga, senantiasa rindu dan cinta dengan Rumah Allah, yaitu kepekaan beliau terhadap tempat ibadah. Selain aktif berdagang, beliau juga sangat rajin mengurus Rumah Allah SWT. Keempat, kebiasaan menyembelih hewan kurban di setiap hari Iedul Adha, karena rezeki dari Allah. Maka kita harus berbagi dengan orang lain. Kelima, semangat dan komitmen beliau untuk selalu menggunakan lembaga syari’ah dalam setiap transaksi bisnisnya. Ia yakin orang yang menolong syari’ah, pasti akan ditolong Allah SWT. Orang yang jauh dari syari’ah maka Allah akan mengazabnya dan menjadikannya bangkrut dan sengsara. Keenam, kebiasaan do’a dan sholat malam. Disaat kebanyakan manusia tidur terlelap, maka dia bangkit berdo’a dan menunaikan shalat tahajud. Ia sadar betul bahwa Allah akan memilih manusia biasa yang melakukan amalan yang luar biasa. Karena surga adalah balasan istimewa dan akan diperuntukan kepada orang yang berbuat hal-hal yang istimewa.

Berkat usaha, kebiasaan baik dan keyakinan penuh kepada pertolongan Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk & segala isinya. Setiap tahun kehidupan H. Hapas dan keluarganya bertambah berkah. Bahkan tahun 2008 ini tidak kurang dari 7 buah rumah sudah selesai dibangunnya. Bahkan sudah memiliki mobil box yang bisa disewakannya. Subahanallah! Sosok pribadi yang tidak lulus SD saja mampu memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Bagaimana dengan kita?

Pembaca yang budiman... Berbisnis dengan Tuhan, adalah satu-satunya bisnis yang bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Bisnis yang mudah dipraktekkan, baik oleh anak kecil, pemuda, orang dewasa, atau manula. Bisnis ini bisa dikerjakan dengan mudah, baik dengan cara berdiri, duduk, berbaring, bahkan dengan isyarat. Bisnis ini juga bisa dikerjakan di pasar, di masjid, di rumah, di kantor, di jalan, di kasur, di dapur, dan di manapun juga. Bisnis yang sudah sangat jelas SOP, produk, kualitas, tujuan, target, dalil, profit, dan solusinya.

“Adapun orang yang berbisnis dengan Allah (memberikan hartanya di jalan Allah) dan bertakwa. dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga). maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang paling mudah”. (QS. al-Lail (92): 5-7). “Dan siapa saja yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam setiap urusannya”. (QS. at-Tholaq (65) :4).

Allah SWT telah memerintahkan para Malikat-Nya untuk memberikan service terbaik untuk manusia. Allah telah bersumpah bahwa di dunia ini tidak ada satu makhlukpun yang akan mampu memberikan madharat (keburukan), kecuali atas izin Allah SWT. Maka optimisme, ketenangan dan keberanian menghadapi hidup adalah keniscayaan.

“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS.Ar-Ra’d (13):28).

Inilah kisah mantan petapa dan tidak lulus sekolah dasar, tapi telah sukses menjadi juragan kontrakan. Ia telah sukses keluar dari quadran kemiskinan setelah serius berbisnis dengan Allah SWT.


“Gagasan besar membutuhkan sejumlah kekokohan keyakinan, kesabaran dalam menempuhnya, keberanian untuk mencapainya, kecerdasan dalam meraihnya, kesehatan untuk menggapainya, dan manajemen diri untuk mewujudkannya”

Bisnis yang Pasti Untung!Bisnis yang Pasti Untung!Bisnis yang Pasti Untung!Bisnis yang Pasti Untung!Bisnis yang Pasti Untung!Bisnis yang Pasti Untung!Bisnis yang Pasti Untung!Bisnis yang Pasti Untung!

Posting Komentar

 
Top